Di hari pelantikan gue jadi BP, tepat saat gue mau disumpahin diambil sumpah, seorang senior duduk di depan tempat gue berdiri sambil senyum kemudian menanggapi komentar seorang alumni soal pentingnya berjanji, bersumpah dengan mengucapkan serentetan kalimat panjang di bawah kitab suci.
Kakak tersebut menatap gue sambil berkata
Janji itu yang paling penting sama diri sendiri dan sama Tuhan.Kalimat tersebut kedengeran simpel dan biasa aja, tapi sampai hari ini, kalimat itu masih bergaung di otak gue.
Bahwa sesungguhnya, di balik semua senyum dan ucapan selamat saat lo dilantik dan diresmikan mengemban amanah, ada sebuah tanggung jawab besar yang lo pikul. Nggak cuma dunia, tapi juga akhirat. Bahwa ketika lo sudah mengiyakan untuk mengemban amanah, maka ia akan dimintai pertanggungjawabannya, nggak cuma di LPJ tengah tahun dan LPJ akhir tahun, tapi juga di LPJ saat lo mati ntar di alam kubur. Bahwa sesungguhnya, buat apa lo janji di bibir, di bawah kitab suci, kalo dalam hati lo yang paling dalam lo nggak berjanji pada diri lo sendiri dan pada Tuhan lo.
Jadi tiap kali gue down dan kecapekan, gue selalu inget kalimat ini. Gue udah bersedia menerima amanah. Gue udah berjanji sama diri gue sendiri kalo gue nggak bakal mengecewakan siapapun. Gue udah berjanji sama Tuhan kalo gue akan mengemban amanah ini sebaik mungkin yang gue bisa.
Setelah gue inget kalimat ini, capek dan syalala syalala yang bikin gue ngeluh pasti langsung hilang :)