"Kamu mau apply S2 apa kerja dulu?"
Sembari merenung karena jalanan macet, gue berusaha berpikir keras untuk menjawab pertanyaan abang gue.
"Kerja, kali."
"Di?"
Mikir, lagi.
Sebagai orang dengan ranah kegemaran yang sangat luas, gue bingung kalo harus menjawab mau kerja di mana. Kesukaan gue begitu random layaknya kepulauan di Indonesia yang letaknya tersebar dari Sabang sampai Merauke. Luas. Banget.
"Nggak tau. Lagi apply (nyebut nama sebuah perusahaan make up)."
"Lah ngapa apply kesono?"
Di perusahaan make up tersebut masih ada bagian yang nyambung sama jurusan gue, dan abang gue udah bengong. Apalagi kalo gue cerita gue nyaris daftar kerja di biro jodoh. Bisa nabrak mobil depan kali doi saking kagetnya.
"Aku sih kerja nggak nyambung sama jurusan juga nggak apa-apa."
"Iya, bener." Abang gue manggut-manggut. "Semua ilmu bisa dipelajarin kok, tenang aja."
Mendadak lega.
Setelah perkuliahan ini selesai, gue nggak tau harus lanjut kemana. Sejujurnya akan sangat menyenangkan kalau gue lanjut sekolah lagi, karena gue sudah cukup familiar dengan dunia kuliah-sekolah-dan sejenisnya. Namun dalam hati tentu saja gue yang senangnya melawan arus dan lompat dari zona nyaman akan mencari sesuatu yang aneh, tak terduga, dan bikin orang satu kelurahan tercengang.
Gue mencoba membuat daftar kira-kira pekerjaan apa yang gue sukai. Gue bingung sendiri.
Gue pengen jadi dating coach.
Gue pengen jadi beauty guru yang punya majalah-tutorial-channel di TV.
Gue pengen jadi novelis.
Gue pengen jadi sineas (dan bikin sitkom.....oke).
Gue pengen jadi dosen.
Gue pengen jadi jurnalis.
Gue pengen jadi pembawa acara jalan-jalan di TV.
Gue pengen jadi penyiar radio.
Gue pengen............
Udahlah, random semua.
Terlalu banyak keinginan.
Gue nggak tau langkah apa yang harus gue ambil selanjutnya. Yang jelas sekarang gue harus revisi dulu.