Seharusnya, sesuai judulnya, gue mengisi bagian kosong di tempat ini dengan kata-kata sarat makna ala junjungan kita bapak Sumaryono yang sekarang kontraknya sudah diputus di televisi lantaran skandal sama anaknya. Tapi, gue terlalu malas untuk sok menguatkan diri, jadi mungkin gue bakalan meracau apapun, yang membuat gue tenang mengantuk, lalu tidur.
Hari ini hari yang berat. Kata Kak Hengki, terlihat dari cara gue mengetik, gue habis melewati hari yang berat. Salah. Gue diberikan hari yang berat. Kalo sudah melewati, artinya semua harusnya sudah baik-baik saja. Tapi masih ada beban yang ngeganjel di hati, membuat status keberatan hari ini belum berubah dari diberikan jadi dilewati.
Dari pagi ada aja yang bikin kesel, sampe sore. Sampe malem. Tapi mungkin benar kata Dek Tia, kalo semuanya hanya perasaan gue aja, dan mungkin ini adalah efek samping buruk dari overthinking yang emang jadi penyakit buruk gue sedari kecil. Dan mengutip kata Kak Ninis, coba saja dulu. Usahakan dulu.
Namun di saat-saat seperti ini, gue merasa motivasi tersebut masih belum bisa diterima akal sakit gue. Makanya, berhubung ada sedikit kedok "long weekend", gue, seperti yang sudah-sudah tiap kali sedih, akan menghilangkan kesedihan dengan cara yang tidak pernah berubah : merayakannya. Karena kesedihan yang dirayakan, seperti pesta-pesta anak remaja kekinian, hanya akan terasa gegap gempita beberapa saat, untuk kemudian hilang jejaknya, hanya menyisakan cerita dan kenangan.
Setelah semua berlalu, status diberi hari yang berat akan berganti menjadi melalui hari yang berat.