Dari semua jenis ujian, ujian kesabaran merupakan ujian hidup yang paling susah dalam versi gue.
Selama sekitar 1-2 bulan terakhir, gue merasa setiap detik adalah ujian kesabaran. Mulai dari babeh sakit dan terlalu banyak pihak-pihak yang merasa peduli tapi malah ngerecoki, slek sama orang, banyak yang harus diurusin dan semuanya minta duluan, dan lain sebagainya. Dalam 2 bulan ini gue nggak berani cek kesehatan, even cuma ngecek tensi. Takut syok.
Untuk itu gue membatasi diri dalam interaksi dengan orang-orang. Dalam keseharian, gue juga emang jarang interaksi. Ini makin gue batasin. For the sake of sanity. Demi kemaslahatan jiwa gue. Lumayan. Agak waras dikit.
Gue berpikir ulang apa jangan-jangan gue yang salah. Tapi selama ini, sejauh 26 tahun gue hidup dengan nilai dan norma yang sama, gue nggak pernah merasakan se-emosional ini dalam hidup. Apakah karena semakil luas ranah pergaulan, semakin beragam orang, semakin banyak benturan dan gesekan dalam value? Itukah yang menyebabkan kepala gue nyut-nyutan?
Bisa jadi.
Bisa jadi tidak.
Tapi gue tidak merasa salah.
Jadi gue berpegang ke teorema tersebut.
Sambil mengusahakan diri untuk tetap bersabar.