Sebelum berangkat ke Manila akhir Maret lalu, ada desas-desus yang beredar bahwa Bu Bos mau menugaskan tim untuk mengawal sebuah kegiatan di salah satu kawasan perumahan di Padalarang. Kegiatannya berupa Town Watching.
"Hah, apaan tuh?" Cuma itu yang keluar dari mulut gue, dibarengi dengan ekspresi melongo bego khas yang sudah jadi template sejak lahir. Kalo sekilas denger namanya, kok kebayang gue town watching itu sejenis ronda menghalau begal. Semua yang ikutan pake penutup muka ala-ala ninja Hatori, bawa samurai, terus lompat-lompat dari pohon satu ke pohon lainnya.
Oh ternyata, tidak begitu, saudara-saudariku.
Kalo mengutip dari modul UNISDR, town watching atau regional watching merupakan metode yang digunakan untuk peningkatan kapasitas dan untuk latihan langsung dalam pendidikan kebencanaan. Secara sederhana, dalam kegiatan town watching, wakamsi alias warga kampung sini diajak berkeliling tempat tinggalnya, mengidentifikasi bahaya apa yang bisa terjadi, faktor apa yang membuat tempat tinggalnya rentan, dan bagaimana mereka merencanakan evakuasi kalo-kalo terjadi keadaan darurat.
Waw, menarik.
Adalah gue, Bunda In In, Bu Aria, dan Pak Bayu yang akan bertandang dan menjadi fasilitator town watching. Sebagai anggota termuda dan ter-nggakpunya pengalaman diantara para ekspert tersebut, gue cuma ngikut, ngintil, dan mengamati. Mulai dari nyiapin materi, sampe pelaksanaan, kerja gue cuma ngamatin mulu. Udah kayak pemuja rahasia aja, mengamati diam-diam.
Hari H tiba. Kami berempat pergi ke Padalarang naik mobil Bunda In In, dalam kondisi belum sarapan. Saking lapernya kami melipir dulu beli gorengan, air mineral, sama gurilem. Sungguh sebuah kelaparan hakiki, ya rekan-rekanku.
Acara dimulai jam 9 pagi, dibuka dengan penjelasan dari Bu Aria tentang potensi bencana di kawasan perumahan tersebut. Setelah diskusi dan sedikit penjelasan tentang town watching (yang intinya adalah jalan, keliling, mengamati, mencatat, diskusi, dan presentasi), warga membagi diri menjadi 3 kelompok. Satu kelompok berkeliling di satu cluster untuk detail perencanaan jalur dan tempat evakuasi, satu kelompok keliling perumahan secara umum, dan satu kelompok jalan ke permukiman padat di sekitar perumahan.
Gue ngintil Bunda In In yang kebagian keliling di cluster. Beberapa warga antusias, beberapa warga jalan ogah-ogaha, kabur di tengah jalan naik motor, pulang ke rumahnya. Tapi, secara umum, beliau-beliau bersemangat sekali mikirin potensi kerentanan, serta jalur dan tempat evakuasi bencana. Dan inilah beberapa momen tertangkap kamera saat lagi town watching.
Sambil jalan sambil nandain lokasi titik kumpul
Lihat-lihat tempat yang berpotensi jadi lokasi evakuasi
Peta wilayah yang udah digambarin jalur (Bonus : ada Pak Bayu di belakang)
Kondisi jalan komplek yang lebar-lebar, memudahkan buat evakuasi
Habis jalan-jalan, diskusi rencana jalur dan lokasi evakuasi
Menarik bukan?
Keluaran dari kegiatan ini, bentuknya rencana aksi dan peta. Seru banget ngeliat diskusi dan masukan-masukan dari masing-masing kelompok. Mudah-mudahan, dengan adanya kegiatan ini, warga lebih siap untuk selamat.
Adios!
Sayang sekali gue nggak punya foto barengan untuk menutup postingan ini. Biarin lah ya kali-kali ngegantung. Sip.