Ini semua gara-gara Eci, perspektif gue terhadap tingkatan ukuran celana slim fit jadi berubah seratus delapan puluh derajat.
Kemain, gue dan anak-anak geng kantor didaulat menjadi panitia (cabutan) sebuah acara seminar tentang polimer, Salah satu penyelenggara yang rempong markonah ngurus ini itu adalah Pak X, dosennya Eci.
Sekilas tidak ada yang mencolok dari Pak X, selain gaya ngomongnya yang agak ninggi songong minta dilempar lemari kaca dan wajahnya yang gak ketampangan muka dosen. Sampai suata ketika, Eci bertanya sama gue.
"Kamu nggak liat ada yang aneh gitu Dew dari si Bapak? Apanya gitu?"
"Apa ya?" Ditanya begitu gue mingkem. "Kirain anak bimbingan S3 nya Pak R sih. Abis mukanya muda binggow." Pak R adalah bosnya Eci.
"Selain itu? Ga ada yang aneh gitu Dew? Celananya misal?"
Celana?
Ini ada apa ya?
"Nggak." Ragu, gue jawab. "Ada apaan emang?"
"Dia kan terkenal hits gitu. Masa ngajar pake celana chino. Terus yaaa kebayang ga, dia kan bahenol terus ngajar ngadep papan tulis. Pemandangan apa yang anak-anak lihat?"
Gue cuma sanggup bengong.
Gara-gara si Eci ngomongin itu, gue jadi mau nggak mau kepikiran dan merhatiin. Pas seminar kemaren, akhirnya gue melihat dia dengan celana slim fit dan kemeja pas badan. Ototnya terlihat jadi, mungkin mantan atlet atau model L-Men gue rasa.
Jangan-jangan apa yang Eci ceritakan adalah benar adanya.
Bener sih, pas doi jalan memunggungi gue, gue bisa mengerti kenapa semua mahasiswa yang diajar dia suka ngomongin celananya. Sebelum maju ke depan buat ngisi acara doi memakai jas. Dari jauh jadi kayak Tora Sudiro di film Arisan. Jangan tanya kenapa yang terlintas langsung film Arisan. Gue juga bingung.
Sepanjang acara gue jadi merhatiin otot lengannya yang mentereng.
Habis itu kriteria ukuran pakaian menurut gue jadi begini :
1. XL
2. L
3. M
4. S
5. Pak X
Duh Eci sih -_-