Setiap kali orang-orang berbicara tentang tes kepribadian, gue suka bingung sendiri : kepribadian gue apa sih?
Gue selalu punyadua sisi kepribadian yang sangat bertolak belakang. Kepribadian pertama adalah gue yang ceria, efektif, efisien, hiperaktif, cerdas, pandai, tapi selebor, berantakan, pelupa, dan galak. Kepribadian kedua, lemah lembut, penyayang, ramah, sabar, rapi, perfeksionis, tapi mikirnya lamban.
Akhir-akhir ini, kedua sisi tersebut muncul secara bergantian, dengan peluang kejadian munculnya sama rata. Ini bagaikan simple random sampling. Gue nggak berniat membahas statistik sih. Tapi, memang begitulah yang terjadi.
Tapi hari ini, gue mengalami dominasi dari jiwa melankolis nggak penting dalam kadar berlebihan. Katanya, sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik. Begitu pula dengan perasan mudah tersentuh yang gue rasakan. Masalahnya, gue nggak tahu apa yang salah. Dibilang lagi datang bulan, gue baru kelar urusan hormonal cewek satu itu. Dibilang gue emang cengeng, ya enggak juga.
Semua berawal dari acara (mantan) kantor yang diselenggarakan hari ini. Walaupun udah kuliah, gue tetep bantu event besar-besaran setahun sekali yang baru dimulai dari tahun kemarin itu. Bantu doang jadi panitia cabutan di hari H. Gue dateng pagi, rapi jali, mbriefing protokoler, hingga satu sosok yang menjadi alasan gue ditaro di meja registrasi datang, Ngobrol sebentar, ngisi absen, tanda tangan, terus pergi ngurusin booth pameran.
Gue garuk-garuk kepala. gatel. Tandanya gue berpikir, Yang ada di otak gue cuma, "Kenapa peserta yang daftar banyak banget?" sama "kenapa kok gue kangen?"
Sebulan yang lalu gue sengaja mengambil jarak untuk menentukan di mana posisi lelaki ini di hidup gue. Konon kabarnya, ketika jarak memisahkan kemudian terjadi sebuah pertemuan dan tidak ada getaran yang sekuat biasanya, maka bisa dipastikan kalau orang tersebut nggak se-berharga-itu di hidup kita. Itulah yang gue rasakan. gue merasa B ajah, kalo kata anak-anak jaman sekarang. Biasa aja. Nggak ada getaran.
Tapi kenapa, begitu tadi ketemu, bukan getaran lagi yang gue rasain.
Tsunami.
Lagi, gue garuk-garuk kepala.
Gue mendadak melankolis karena terhitung sejak tanggal satu bulan sembilan, gue akan resmi dicopot dari jabatan sebagai karyawan kontrak. Gue akan jadi mahasiswa full time, Itu artinya, tidak akan ada kesempatan lagi untuk berinteraksi. Kami akan semakin jauh. Ada jurang yang memisahkan antara dunia gue dan dunia dia. Entah kenapa, gue merasa asing, Semakin hari gue merasa dia menjadi orang yang semakin berbeda. Gue merasa insekyur level dewa.
Padahal, dia bukan siapa-siapa gue.
Beres acara gue duduk di sebuah resto, kelar dekor, Eci, partner dekor-dekoran mencolek gue seraya bilang,
"Si Abang sekarang jadi nggak asyik ya mih."
"Gimana Ci maksudnya?"
"Udah nggak selucu dulu lagi. Sekarang jadi serius. Jadi mikir."
Nggak ada yang bisa gue lakukan selain tertawa. Refleks jempol buntet gue membuka tumblr. Scroll sampai bawah. Isinya chat bodoh antara gue sama dia dan sama orang-orang kantor. He was so funny back then. Terus sekarang, dia jadi serius.
Entah apa yang sudah kami lakukan, atau gue lakukan, atau gue tidak lakukan dan membuat dia jadi seperti kanebo kering. Kaku. Mungkin gue telalu berisik dan mendistraksi kerjaan dia sampai proyeknya nggak beres. Mungkin jadinya dia bertekad buat memberi batasan pada pergaulan dengan gue dan teman-teman gue. Entahlah.
Mendadak semuanya terasa jadi mendayu-dayu. Gue baper,
Pulang dari dekor, gue naik gojek dengan perasaan nggak karuan. Gue mewek di boncengan abang gojek yang bahkan nggak tau resto tempat gue nunggu ada di mana. dalam kondisi udah ngempet nangis gue masih harus nunggu gojek di pinggir jalan raya jam setengah sepuluh malem. kampret emanng abangnya.
Tapi ya udahlah. Gue pasrah. Nangis di atas motor. Nggak tahu kenapa. Kok ya rasanya kayak perih banget. Nggak enak hati. Tanpa alasan yang jelas.
Turun dari gojek, gue cuma bisa berpikir, emang jiwa melankolis gue lagi dominan.
Gue masih belum bisa mengaplikasikan ilmu ikhlas,