Judge-Mental
08.34
Sebagai makhluk maha julid di muka bumi, manusia sepertinya memang punya kecenderungan buat komentar macam-macam dengan iri hati dan dengki sebagai dasarnya. Membangun argumen yang kadang cuma didasarkan pada asumsi. Melemparkan perkataan yang nggak diayak isinya.
Lo bayangin, tepung terigu udah segitu putih bersih berseri aja masih suka diayak, masa' iya omongan lo yang kotor masih nggak disaring dulu sebelum keluar?
Bener kata lagu jadul, lidah emang nggak bertulang, tak terbatas kata-kata. Semua keluar. Dengan mudahnya kita menghakimi orang. Mental hakim.
Ditambah lagi, media sosial makin marak digunakan. Beli paket kuota udah lebih gampang dari pada beli nasi di ujung gang. Akses terbuka lebar. Sayangnya, nggak dibarengi sama etika warganet dalam mengemukakan pendapat. Sekolah boleh tinggi, tapi sopan santun belum tentu mengikuti. Internet nggak cuma bikin pinter, kadang malah bikin keblinger.
Suka sakit kepala gue liat hasil karya jempol netijen di dunia maya. Segala macem dikomenin, pedes-pedes. Parahnya, kadang yg dikomenin nggak dikenal secara personal (atau malah kadang nggak kenal sama sekali) sama si pemberi komen. Ya tentu saja, kata-kata sadis orang-orang hanya berdasarkan kayaknya yang disimpulkan sendiri.
Kata Minke di Bumi Manusia, manusia sudah harus adil semenjak dalam pemikiran.
Hal seperti ini yang sulit sekali gue temui dalam interaksi masa kini, terutama di dunia maya.
Maha benar Netizen dengan segala komennya.
0 komentar