Telat banget ngepost ini, tapi ya udah, biarin aja.
Hal yang paling menyebalkan dari kuliah adalah membuat tugas akhir. Entah itu skripsi, tesis, desertasi, you name it. Pas S1 dulu GERD gue kambuh-kambuh pas bikin TA alias skripsi. Berkaca dari pengalaman tersebut, gue lebih menjaga diri ketika tesis.
Lalu apa yang terjadi?
Kalo setres, gue tidur. Kalo capek, gue tidur. Kalo mager, gue tidur.
Tentu saja dampaknya adalah tesis gue nggak kelar-kelar. Tingkat stres mungkin nggak tinggi akibat dibawa enjoy. Tapi akibat terlalu enjoy --> tesis ngga kelar-kelar --> stres --> dibawa enjoy --> tesis ngga kelar-kelar --> dibawa enjoy, gitu aja terus sampe ladang gandum disiram coklat dan jadilah kokokran.
Daripada enggak kelar-kelar karena rasanya kok nggak bagus-bagus, konsultasi-lah sama dosbing yang tetiba nyaranin sidang di akhir minggu, padahal gue baru tanya-tanya hari senin. Disuruh sidang jumatnya.
Ha. Ha. Ha.
Untung nggak jadi.
Semua itu tidak lain dan tidak bukan karena dosen gue sangatlah sibuk. Gue ngerasa bego juga, udah tau jadwal beliau padat, lah gue bukannya ngeset sidang-sidangan dari awal. Jadi aja pusing nyari jadwalnya pas udah mepet sidang. Ditambah lagi, gue udah ambil SKS tesis dari semester 3, yang artinya, mau nggak mau gue harus lulus oktober ini, atau nilai gue jadi E dulu sebelum akhirnya nanti berubah jadi nilai yang sebenarnya.
Terbayang sudah nilai E gue PLUS harus bayar SKS tambahan. Hayati ingin menangis rasanya. Gue sampe mikir, nggak apa-apa deh gue nggak bisa wisuda oktober, yang penting nilai gue nggak E dan nggak harus bayar SKS lagi.
Mulailah gue, partner tesis, dosbing, dan TU mengatur jadwal. Ada 2 kali sidang di Plano, beda sama TL yang tahapannya seminar dan sidang. Kalo di Plano, namanya sidang pembahasan dan sidang ujian. sidang pembahasan itu mirip macem seminar, cuma formatnya sidang. Nanti dikasih masukan sama dosen, bentuknya lebih ke konfirmasi, dan kalo pas gue, banyakan yang dikoreksi adalah formatnya. Kalo sidang ujian, itu kayak sidang pada umumnya, Ditanya materi, kompre, dan kaitan tesis sama apa yang udah dipelajari selama ini.
Biasanya, jarak SP dan SU sekitar 1 minggu. Paling parah ada sih yang 2-3 harian.
Lalu datanglah hari gue SP.
Pokoknya, beres gue SP, sambil gue rapi-rapi proyektor dkk, dosbing dan penguji saling ngobrol di depan gue, yang intinya adalah,
"Revisiannya dikit ini. Kayaknya kalo SU besok bisa." kata penguji 1 gue.
Gue SP hari rabu. Karena dosbing gue minggu pergi ke luar negri sampe persis H-1 batas waktu perubahan nilai tesis, makanya sidangnya rencananya mau dibabat di minggu itu.
Gue kira, kalo gue SP rabu, gue bisa SU jumat.
Nyatanya tidak. Gue jadi SP kamis.
Kamis sodara-sodara.
KAMIS.
"Wah bisa nih Bu. Ibu bisa jam berapa? Saya jam 11 harus ke Bekasi buat ngajar." Kata penguji 2.
"Saya jam 8 rapat Pak." Kata penguji 1.
"Kalau begitu, jam 7 pagi saja gimana?"
Jam. 7. Pagi.
Kondisinya saat itu, gue baru beres sidang jam setengah 5 sore. Belom revisian. Belom ngeprint. Belom beresin slide. Belom-belom yang lainnya. Tapi gue pikir, mendingan bablasin aja langsung, daripada di-entar-entar malah kagak kelar nanti. Akhirnya jam 5 an gue makan lele terus balik ke kos Mbak Ninis dan mulai ngerjain revisian. Boro-boro bisa deg-degan, gue bikin revisian sama bikin jurnal aja waktunya udah ngepas, mana sempet grogi. Abis itu gue ngeprint jam setengah 5 pagi ditemenin Mbak Ninis, dateng ke kampus, sidang dengan kondisi tidur cuma setengah jam, habis itu beres sidang keluar udah ada Tia sama Mbak Ninis nungguin.
Terharu akutu.
Rasanya gimana?
Gimana ya? Nggak kerasa.
Trauma sih. Dikit. KOK CEPET BANGET TAU-TAU UDAH BERES AJA.
Syok.
Beres sidang aja gue malah diajak sarapan sama dosbing sama penguji. Ya gitulah kira-kira mantap bukan.
Pada akhirnya, master juga. Setelah kepusingan yang berlarut-larut. Kelelahan yang nggak kunjung habis. Akhirnya. Akhirnya.
Terima kasih pada keluarga gue yang terus ngedoain, sampe dipuasain segala sama babeh sama ibu Jogja, Buana Sisririn Jengbete Indora Yara Reska Windai Ulili yang terus memotipasi agar lekas lulus dan menikah (nganu). Terima kasih pada Mbak Ninis yang menyediakan tumpangan nginep 2 hari berturut-turut di kosannya, sehingga gue bisa sidang dengan tenang. Bahkan malem menjelang SU, gue dipantau terus agar nggak ketiduran. Terima kasih pada Sutiyak dan Sudanang yang menjadi tempat bertanya dan mendapat jawaban. Pada teman-teman riset, partner tesis, dosbing, asisten-asisten, penguji, Pak Ito dan Bu Jeane dari TU huhuhuhuhuhuhuhuhuhuhu mau nangis kalo nggak dibantuin ngatur jadwal sidang nggak lulus-lulus sayaaahh.
Sampe sekarang, tiap kali ke kampus, selalu aja diledekin,
"Pecah rekor nih sama si Dewi. SP sama SU jaraknya cuma 14 jam."
Kray.
Tapi alhamdulillah akhirnya master.
Yeay!