Support System
07.50
Di dunia ini, mungkin gue termasuk satu dari sekian banyak orang egois dan gengsian tingkat dewa.
Bagaimana tidak, gue selalu melakukan sesuatu dengan cara gue. Dengan ritme gue. Dengan kecepatan gue. Semua tolak ukur, gue yang bikin, seakan dunia ini berputar mengelilingi gue.
Fun fact : it's not.
Dulu, gue adalah orang yang tidak pernah mau meminta tolong pada orang lain. Gengsi. Takut ngerepotin. Gue selalu merasa, semua bisa gue kerjakan sendiri. Cita-cita gue kayaknya pengen benahin dunia sendirian. Tapi, ya, pad akhirnya, gue capek sendiri.
Capek sendiri tersebut baru terasa dua tahun terakhir, setelah banyak sekali hal yang membuat gue lelah dan gue baru sadar kalau, paling tidak, gue butuh teman cerita. Nggak perlu yang menghasilkan solusi, cukup teman berbagi aja.
Jumat kemarin, saat gue ulang tahun, gue dan cewek-cewek tim riset makan bareng sambil cerita-cerita. Lebih tepatnya gue kayak disidang sih, ditanyain macem-macem. Detail, dari A sampe Z. Lalu, mereka menyampaikan opini masing-masing tentang apa yang sedang gue alami dan gue curhatin. Mereka mengembalikan pada gue mau bertindak seperti apa, tapi yang jelas, ngobrol panjang lebar sama mereka sungguh membuka segala mata gue: mata kepala, mata kaki, mata hati, mata batin, mata-mata, sampe matahari. Cerah langsung.
"Gimana, habis ngobrol?" Tanya seorang teman.
"Langsung seneng dan tenang." Kata gue. "Habisnya kegoblokan gue kan unlimited. Habis ngobrol sama kalian, langsung berasa jelas banget kalo, emang harus ada yang ngerem gue dari tindakan bodoh tak berujung."
"Terus?"
"Ya, jadi bisa berpikir lebih jernih. Nggak tahulah apa jadinya gue kalo kalian nggak ngatain gue kemaren malem."
Iya, kadang, kita memang cuma butuh digoblok-goblokin diingetin biar sadar.
Dari situ lah gue sadar, support system memang sangat diperlukan.
0 komentar