Astaga, ini rekap yang keberapa ya sepanjang punya blog ini? Hmmmmm....
Oke, biarlah. Mari kita lihat apa yang telah 2019 perbuat untuk gue.
Sejujurnya, cukup 1 kata untuk menjelaskan garis besar tahun ini buat gue:
KAMPRET.
Tahun ini dimulai dengan keimanan gue yang sangat tipis ketika diberi godaan lelaki. Hal yang membedakan tahun ini dengan tahun-tahun lainnya adalah, di tahun ini gue berpikir, beneran berpikir serius untuk settle.
Dari sini, kekampretan duniawi dimulai.
Seperti yang sudah gue jelaskan pada rekap tahun 2018, di tahun tersebut gue sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan, yang malah membuat gue menjadi magnet drama percintaan. Ada satu ketika sekitar 5 orang berusaha mendekati gue, dan gue ogah-ogahan. Haha hehe. Nanggepin seadanya. Ternyata, dari lima manusia itu, nyempil satu pejuang gigih yang terus, nggak berhenti, konsisten dan persisten, melakukan upaya dengan segala sumber daya yang ada. Sejujurnya, diantara kelima lelaki tersebut di atas, manusia ini yang selalu gue ketawain, dan peluang gue bakal ngeladenin dia nyaris mendekati nol. Dengan jumawanya, gue pernah bilang sama Tia, kira-kira begini kalimatnya,
"Elah, kaga bakal mungkin gue sama bocah itu satu. Nggak banget dah."
Mungkin Tuhan mendengar perkataan jumawa gue dan komen, "Tidak semudah itu, Marimar."
Maka dibuatlah gue lengah, berpikir untuk menjalin hubungan serius, dan voila, masuk lah manusia ini ke kehidupan pribadi gue. Gue bisa bilang kami dekat, tidak bisa dijelaskan seperti apa, tapi kurang lebih, kami sangat banyak menghabiskan waktu bersama, untuk hal-hal yang sebenernya bisa dilakukan sendiri. Untuk gue yang sesungguhnya clingy namun terpaksa selama bertahun-tahun melakukan apa-apa sendirian, pola baru ini sungguh mengganggu kehidupan gue. Dari yang apa-apa sendiri jadi apa-apa berdua. Dari yang apa-apa terserah gue, jadi didiskusikan dulu, sesimpel menentukan tempat nongkrong dan tempat makan. Banyak ketidakjelasan dalam kedekatan ini, dan mungkin saja, memang sesungguhnya, kami tidak sedekat itu, cuma gue-nya aja yang ge-er hahahahahahahahahaha. Beliau memang pernah bilang, kalau menyayangi gue seperti dia sayang pada kakaknya. Tapi, banyak sekali hal yang menurut gue tidak lazim dilakukan dalam hubungan adik-kakak, tentu saja hal-hal tersebut tidak bisa gue jelaskan secara eksplisit di sini. Kami menyimpan rapi pertemanan aneh ini, sampai tidak ada yang ngeh, semata-mata demi menghindari gonjang-ganjing dan menjaga profesionalitas.
Tapi sesungguhnya ada 2 momen yang memutarbalikkan kehidupan gue dari hubungan pertemanan aneh ini.
1. Gue merasa disayangi, karena, pada suatu malam kami ngobrol panjang lebar dan menceritakan banyak hal buruk yang pernah gue lakukan dan pernah menimpa gue, dia menunjukkan pemakluman dan kasih sayang. Sejujurnya, seumur hidup, jarang sekali ada orang yang bisa menyayangi gue sebegitunya, setelah tahu semua hal buruk dalam hidup gue, seperti yang dia tunjukkan.
2. Pada suatu hari entah alasannya benar atau tidak, ada sedikit pertengkaran yang tiba-tiba membuat kami jadi jauh. Se-jauh-itu. Butuh 7 bulan penuh tekanan batin dan derai air mata (ceileh bahasa lu pret) untuk membuat gue bisa menerima fakta bahwa, seharusnya, memang apa-apa di dunia ini tidak bisa dipaksakan, pun dengan hubungan. Mau gue bertanya salah gue di mana, mau gue ngajak ngobrol dan berusaha memperbaiki keadaan, kalau bukan gue orangnya, kalo sesungguhnya tidak ada apa-apa diantara kami, ya sudah, cuma mengikhlaskan satu-satunya jalan.
Saat ini kami baik-baik saja (menurut gue) dan gue tidak tahu seperti apa hidupnya sekarang. Mudah-mudahan baik-baik saja. Gue sudah ikhlas, dan, ya, gue tidak pernah setengah-setengah melakukan sesuatu, termasuk jatuh cinta. Tapi, sekalinya gue berpikir untuk meninggalkan, tidak ada jalan kembali lagi. Sekarang gue udah memilih pergi dan ngga noleh-noleh lagi ke belakang. Kalau kamu membaca ini dan menyadari bahwa tulisan ini untukmu (yang mana peluangnya kecil banget mengingat kamu sangat nggak suka baca) percayalah, doaku supaya kamu bahagia dan sukses tetap nggak pernah putus. Tapi monmaap nih, udah engga ada tempat buatmu. Bentar lagi diisi orang lain paling.
Nah, lanjut. Dari masalah kerjaan.
Wah ini lagi. Ada masa gue demotivasi karena merasa gagal melakukan sesuatu yang berujung gue dibantai dan dikatain. Sebagai orang yang anti banget dicap gagal, gue merasa sedih dan down. Gue berada di titik terendah hidup gue mungkin di tahun ini. Nggak tahu kenapa kok gue sensitif banget. Udah mah dikatain soal kerjaan, ada masalah kampret di atas, udah lengkap aja kehidupan gue. Udah nggak keitung berapa hari total gue nangis di tahun ini. Dikit-dikit nangis. Diem, nangis. Jalan, nangis. Naik gojek, nangis udah kayak rutinitas. Sekarang, gue berusaha menerima kalau, nggak semua hal gue mahir. Lumayan membantu sih, jadi lebih ikhlas.
Dari sisi keluarga, babeh masih berobat jalan. Masih sakit dan lanjutan dari operasi yang dilakukan di tahun 2018, babeh menjalani radioterapi selama kurang lebih 2 bulan. Hasilnya bisa dibilang nggak terlalu memuaskan, tapi semoga saja beliau sehat selalu.
Oh ya, tahun ini gue mulai melakukan banyak hal yang gue senangi. Gue nge-dance lagi (lalu berhenti karena dislokasi lutut kampretttttttttttttttttttt. Oh how I miss dancing). Setelah sekian lama, gue akhirnya menyetir lagi, dan sedang dalam proses bikin SIM. (Iya, jangan ditiru ya rekan-rekan, gue sopir ilegal hiks). Tahun ini bolak-balik ditawarin kerja yang jauh, tapi masih ada tanggungan kerjaan jadi yaaa mari kita lihat tahun depan. Ditawarin S3 juga. Diajakin S3 juga. Menggiurkan sekali. Tahun ini juga pertama kalinya banyak diskusi dan seperti menjadi kakak buat rekan-rekan yang sedang TA dan tesis. Ikutan berdarah-darah mulai dari mau survey, pas survey, nyusun draft, sampe sidang. Mereka-mereka yang sidang gue yang nggak bisa tidur. Luar biasa bukan.
Tahun depan gue rasanya pengen pindah dari Bandung. Tiap belokan punya kenangan. Sebel sendiri gue.
Secara umum, tahun ini... kampret. Gue hancur-sehancur-hancurnya-hancur. Setelah bertahun-tahun gue selalu kuat menghadapi apapun, tahun ini gue merasa hancur parah. Pada akhirnya gue harus menerima faktar bahwa, gue, adalah manusia biasa. Tidak harus bisa segala. Tidak harus kuat selalu. Lemesin aja shay, begitu kalo ala-ala Danang temen somplak gue.
Ah, dan, tahun ini, gue yang apa-apa biasa sendiri, merasa bahagia dan terbantu dengan adanya support system yang sangat kuat. Ada Ambu and the gank, ada PUSDALOPS 24/7, Tia, Mbak Ninis, Anche, Yara, Reska, Teh Vika, Danang, Dana, Khonsa, banyak deh!
Mari kita lihat, kejutan apa lagi yang akan diberikan 2020 buat gue.
Cheers!
PS: gue nggak mau ke Manila lagi.