Sebenernya gue agak kurang mengikuti perkembangan berita masa kini, apalagi yang menyangkut dunia perkuliahan. Gue nggak tau macam-macam tes masuk universitas namanya apa aja. SBMPTN dan SNMPTN itu bedanya apa gue nggak tahu. Cara daftar kuliah gimana, gue blank. Apalagi gue nggak punya adik yang akn masuk universitas. Ada sih, adik sepupu. Itu juga setelah dijelasin panjang lebar gue tetep mengeluarkan kesimpulan yang sama : HAH APAAN TUH GA NGERTI GUE.
Udah nggak jaman kali. Sekarang mah yang lagi hits kerja di mana, S2 di mana, dan kapan nikah.
Tapi ada satu kabar burung yang entah dibawa oleh burungnya siapa, sampai di telinga gue. Katanya sekarang kuliah maksimal lima tahun. Entah kurikulum apalagi yang dipakai dan diciptakan oleh beliau-beliau di sana, yang jelas masa kuliah makin lama makin pendek. Lama-lama rentang waktu kuliah udah kayak sekolah menengah. Tiga tahun jadi. Jadi nggak ngerti apa-apa, mungkin ya.
Sampai sini gue garuk-garuk kepala. Gue nggak berketombe, apalagi berkutu. Tapi yang jelas mikirin kuliah cuma lima tahun bikin gue garuk-garuk kepala. Lima tahun lho. Kuliah normal rata-rata ditempuh selama empat tahun. Itu kalo mulus maksudnya nggak ada kuliah yang diulang sama sekali. Gimana kalo ada kuliah yang nilainya jelek, harus diulang, dan lain sebagainya?
Batas waktu kuliah sebenarnya bagus, membatasi orang-orang malas seperti gue untuk mengerjakan skripsi. Meminimalisasi orang-orang yang kuliah nggak serius dan bilang, "masih ada semester depan bro!". Mungkin ada banyak pertimbangan tentang kuliah lima tahun. Mungkin aja Indonesia lagi butuh banyak tenaga kerja muda, kuat, tangguh, dan ganteng gigih untuk regenerasi tenaga kerja. Mugkin batas kuliah enam tahun dirasa kelamaan dan bikin kampus penuh. Kampus penuh berarti gedung penuh. Gedung penuh berarti kelas penuh. Kelas penuh berarti kelas harus ditambah kapasitasnya. Harus ada pembangunan baru. Harus ada lahan baru. Hari gini nyari lahan kosong di mana? Akhirnya gedung ditingkat. Gedung ditingkat lebih dari empat lantai berarti harus ada lift. Lift butuh energi. Pasokan energi melonjak. Ini akan berujung ke duit.
Ya, mungin beliau-beliau punya pemikiran tersendiri.
Namun, gue pun punya sudut pandang tersendiri.
Mungkin yang orang tua gue pikirkan sama dengan orang tua lain pada umumnya. Pendidikan adalah hal yang penting. Tapi bokap dan nyokap gue nggak menekankan kalau sekolah cuma untuk mencari kerja. Setelah lulus nanti, kalau anak-anaknya mau kerja di bidang yang berbeda dengan apa yang mereka dapatkan ketika sekolah, orang tua gue nggak melarang. Karena bagi mereka, sekolah emang nggak melulu buat cari kerja. Sekolah buat membentuk pola pikir. Buat mencari pengalaman. Mumpung masih muda dan biasanya di sekolah banyak wadah yang memfasilitasi minat dan bakat.
Makanya selama gue dan kakak-kakak gue kuliah, kami bertiga didorong untuk aktif, tanpa membuat nilai turun. Kami mesti pintar bagi waktu dan sebisa mungkin nggak cuma kuliah-pulang-nugas-tidur-kuliah-pulang-nugas-tidur. Kami didorong untuk ikut kegiatan. Untuk berinteraksi dengan banyak orang. Supaya pikiran kami terbuka dan kami bisa berkembang. Mungkin saja di sana kami menemukan passion yang sebenernya nggak nyambung sama kuliah kami, tapi malah bisa kami jadikan pekerjaan pada suatu hari nanti.
Belajar nggak hanya di dalam kelas, dan kalau menurut gue, batas kuliah lima tahun, seratus empat puluh empat SKS, dengan ekspektasi mahasiswa bisa belajar di dalam dan luar kelas dengan berkualitas, menurut gue sebenernya agak mepet. Gue nggak bilang kalo orang yang lulus cepat atau tepat waktu akan kurang mendapat pengalaman atau nggak akan sesukses itu atau nggak punya pola pikir sebagus yang lulusnya lama. Banyak temen gue dengan banyak pengalaman, pola pikir bagus, dan lulus cepat. Tapi mengutip salah satu teman gue yang lulus april kemarin, dia bilang kalo sebenernya banyak banget yang bisa dieksplor di kampus. Exchange, ekstrakulikuler, intrakulikuler, dan lain sebagainya. Banyak hal. Sangat banyak hal.
Mungkin nantinya mahasiswa cuma akan "lulus oriented" dan pada pagi hari setelah mereka wisuda, mereka bangun terus duduk di pinggiran kasur sambil bertanya pada dirinya sendiri,
"Now, what?"
Pada suatu hari nanti mungkin mereka akan sedih karena cuma mikir gimana caranya lulus kejar tayang.