What If
04.51
Emang bener, penyesalan selalu datang di belakang.
Akhir tahun kemarin, gue menolak job di sini karena gue tau, job itu akan membawa gue jauh dari Bandung. Karena gue tau, dengan kondisi orang tua yang tinggal satu, gue harus merawat bapak gue baik-baik, tidak meninggalkan beliau sendirian, dan tetap hidup di Bandung karena begitulah yang beliau mau. Sebagai orang yang menemukan surganya di lapangan yang asing, jelas ini sebuah bentuk pembatasan yang cukup menyiksa. Gue yang punya cita-cita kerja jauh, nyobain ini itu, akhirnya berakhir diam di Bandung, dengan pekerjaan yang gue sama sekali nggak suka, dengan keadaan yang begitu-begitu saja.
Mulai bermunculan berbagai macam penyesalan, terutama ketika adik tingkat yang akhirnya mengambil job tersebut punya kesempatan ke Kanada untuk ngobrol sama co-founder-nya si perusahaan dan ikut presntasi sana sini. Rasanya gimanaa gitu.
Baru kali ini gue merasakan penyesalan mendalam yang bikin pengen berkabung 40 hari 40 malam.
Tapi dipikir-pikir, ya mungkin ini jalannya.
Gue melepaskan kesempatan, utuk kemudian S2, melalui sebuah proses pengayaan sudut pandang, dan gue begitu menyukainya. Gue jatuh cinta pada kehidupan menarik ini, dan sebelum mengeluh lebih lanjut, gue disadarkan bahwa, jika niatnya sama-sama untuk kemaslahatan khalayak ramai, tenang saja. Pasti ada jalannya. Yang paling penting, usaha aja yang maksimal. Nanti ada waktunya gue bsia mendapatkan pengalaman yang banyak.
Saat waktu itu tiba, gue yakin, segala macam bentuk what if akan luntur.
0 komentar