Selamat Hari Ibu
08.47
Setelah beliau meninggal hampir 7 tahun yang lalu, peran ibu otomatis diambil alih oleh semua orang yang ada di rumah : gue, bapak, dan abang. Terutama bapak. Bapak yang merawat rumah dan isinya. Bapak yang ngurusin anak-anaknya ketika sakit. Bapak yang pusing kesana kemari. Semua sama bapak.
Kadang gue suka mikir, rasanya waktu yang gue habiskan bersama beliau masih sangat sedikit. Kadang sibuk nugas. Pas kerja sibuk kerja. Atau kadang sibuk bersosialisasi sama teman-teman. Gue berpikir seharusnya gue menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Tanpa distraksi apapun.
Kadang gue suka mikir, kok rasanya belom bisa bahagiain bapak. Sebagai anak yang dari kecil memang bandel, rebel, dan dicap tidak akan bisa sukses, gue menghabiskan 90% umur gue untuk melakukan pembuktian pada orang-orang yang sembarangan ngasih embel-embel. Gue tumbuh menjadi manusia tidak peduli. Yang gue pikirkan adalah diri gue sendiri dan capaian yang harus gue penuhi dalam tenggat tertentu. Semakin lama, semua terasa sangat egois. Di saat yang gue khawatirkan hanya diri gue sendiri, yang bapak khawatirkan hanya anak-anaknya. Bahkan ketika gue bilang belom bisa ngasih apa-apa, beliau bilang, "Papa khawatir apa yang papa kasih ke kalian ini nggak cukup."
Beliau mewariskan cara berpikir logis dan memegang teguh prinsip sebagai landasan hidup bagi semua anak-anaknya. Beliau, dan ibu, memberikan warisan dengan menyekolahkan kami bertiga setinggi mungkin, dan menyuruh kami bertiga untuk menuntut ilmu setinggi mungkin karena, "cuma ini yang bisa kami wariskan buat kalian".
Untuk gue, semua hal tersebut sudah lebih dari cukup. Mungkin bukan harta yang beliau berdua berikan pada kami bertiga. Tapi, ketika melihat ke dalam diri gue, gue menyadari, kalau, gue sangatlah kaya.
Semoga kami selalu diberikan kesehatan agar bisa terus berbagi dan saling membahagiakan.
Selamat hari ibu, bapak. Karena sesungguhnya hari ibu bukan hanya untuk semua ibu, tapi juga untuk mereka semua yang berperan sebagai ibu.
0 komentar