Bukan Dia (2)

16.49

Sepulang berkomplot bersama orang-orang semalam, gue memesan gojek, seperti biasa, dengan tujuan ke Ledeng. Dalam chat via aplikasi, Abangnya ngasih kabar kalau beliau nongkrong dekat pos satpam. Pas gue keluar, pas banget Abangnya kelihatan. Berjaket dan ber-helm gojek, membuka bagasi motor, ngeluarin helm buat gue.

"Teh, rumahnya di mana, kok pesennya ke Ledeng?" Tanya doi, sambil serah terima helm.

"Lembang. Kenapa gitu Bang?"

"Lah, di mana deh Lembangnya?"

Setelah menjelaskan letak rumah gue, Abangnya nanya lagi.

"Nggak sekalian aja sampe rumah? Saya orang Lembang juga Teh, di DSDL."

Lah, ternyata warkamsi juga doi. 

"Apa Abang anter saya ke rumah, saya bayar cash ntar saya cek di aplikasi gitu kali ye Bang?"

"Iya Teh boleh. Daripada naik angkot lagi Teh, kasian Tetehnya nanti nunggu lama."

Tanpa banyak debat, gue naik ke boncengan sambil ngecek harga tambahan dari Ledeng ke rumah, buat siapin duit. 

Ngobrol panjang lebar sama Abangnya, dia cerita kerja jadi OB di salah satu gedung pertemuan di Bandung dengan gaji di bawah UMR, Sudah 4 tahun menikah, punya 1 anak, istrinya udah nggak kerja lagi semenjak nikah, tapi hebatnya, si Abang ini udah punya rumah sendiri. Dia cerita kalo, yang berat dari kehidupan adalah gengsi. Yang bikin duit abis adalah gengsi. Beruntung dia dan istrinya nggak kemakan gengsi dan sebodo amat sama omongan orang. Berjuang banget sampe akhirnya ada di titik, yang bisa gue bilang, punya penghidupan cukup stabil. 

"Nah, kalo Teteh, punteun nih Teh, usianya berapa sekarang?"

"27 Bang."

"Udah berkeluarga?"

Deg.

"Belum, Bang.

"Kenapa belum?"

Deg. Kedua kalinya.

Dasar Dewi. Senggol curhat. Mengalirlah cerita ini dan itu dari A sampe Z sampe balik ke A lagi.

"Intinya gitu, Bang." Gue memberikan resume singkat kisah percintaan terakhir gue yang acakadul kayak bubur diaduk, selama perjalanan dari perempatan Gerlong sampe ke Ledeng.

"Eh Teh punteun bentar sebelum dilanjut curhatnya, saya selesaikan trip nya dulu ya."

"Oh siap." Kata gue, kemudian si Abang melipir. Pas doi buka hape,

"ASTAGFIRULOH TEH. MASA' YA SEPANJANG KITA JALAN TADI, SAYA BELUM PENCET PICK UP. GAPAPA YA NUNGGU LIMA MENIT DULU ADUH PUNTEUN BARU BISA SAYA KLIK SELESAI TRIPNYA."

Gue, antara mau ngakak sama mau ngomel, turun dari motor, buka helm, terus ngakak. Lima menit kemudian kami jalan lagi.

"Kapan itu kandasnya, Teh?"

"2017."

"Lah, baru atuh ya?"

Gue ketawa nanggung.

"Nggak serius kali ah Teh dianya."

Gue menjelaskan panjang lebar kenapa, dan si Abang mulai paham. 

"Susah ya?"

Gue ngangguk, padahal gue tahu Abangnya nggak bisa liat juga sih kepala gue ngayun-ayun kayak Dakochan.

"Ya tapi Teh, daripada lagi susah sama Teteh, lagi seneng sama yang lain."

Rasanya pengen tereak UDAH PERNAH NGALAMIN BANG tapi nggak jadi, daripada Abangnya kaget terus bawa motornya oleng, nggak lucu jadinya.

"Tapi ya Teh, paling sebel mah, kalo udahan sama Teteh terus punya yang baru."

Yang bisa gue keluarkan dalam momen tersebut, selain sabar dan tawakal ya cuma ketawa nanggung (lagi).

"Ya karena bukan saya aja sih Bang, orang yang dia cari."

Kami lalu ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya gue sampe rumah dan membayar ongkos tambahan. Sengaja gue lebihin, kasian Abangnya bawa penumpang bawel kayak gue.

"Teh, kok lebih?"

"Yaudahsik ah Abangnya banyak protes bener." Gue garuk-garuk kepala, lalu Abangnya pulang.

Gue masuk rumah, melamun sebentar, membuka handphone, untuk kemudian menemukan, hari ini, 2 tahun yang lalu, adalah pertama kalinya gue dan dia punya foto yang layak untuk dipajang, setelah sebelum-sebelumnya, foto kita nista semua. Hari itu, setelah sekian lama, gue berpikir ulang, mungkin, semuanya masih bisa diusahakan.

Tapi, tidak. Karena bukan gue orangnya. 

Maka, sebuah quote 9gag ini cukuplah sebagai pengingat.



Mungkin bener kata Abang Gojek, 2017 masih baru, walaupun menurut gue, rasanya sudah sangat lama sekali waktu berlalu. Mungkin, masih ada yang belum sembuh, jauh di dalam hati, yang membuat gue sangat rentan sekali membuat keputusan impulsif yang akan menghasilkan sebuah kesalahan fatal. Kalo bahasanya Azza, ini belum closure, dan seharusnya, gue tidak memulai sesuatu yang baru sebelum yang lama ini selesai. Gue cuma menambah luka baru

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images