Panggilan bekennya memang Dilan, tapi dia minta untuk tidak dipanggil Dilan.
Mari panggil Didi saja.
Setiap pekerjaan kami di Ambu Empire biasanya melibatkan peran serta mahasiswa tugas akhir. Kali ini, gue dan Masgan kebagian ber-partner dengan Didi. Sangat bekebalikan dengan tim sebelah, tim gue dan Agan ini selalu dapet anak tugas akhir yang aneh-aneh, tapi tipikalnya mirip: deadliners, lawak, kalo ngomong suka asal, dan suka terdistraksi oleh hal-hal non-esensial. Agan sudah biasa menghadapi Didi, karena kebetulan Didi ini mahasiswa asistensinya waktu kuliah studio dulu.
Pertama Didi bimbingan ke dosen, gue dan Khonsa join mendengarkan. Anaknya lawak banget bahkan saat presentasi depan dosen. Kayak... dia yang presentasi gue sama Khonsa yang malu. Lama nggak kedengeran kabarnya, akhirnya Khonsa chat Didi, dan akhirnya disepakati lah kamis kemarin Didi akan diskusi sama tim.
Begitu masuk zoom, kalimat pertama Didi adalah,
"Halo, Kakak-Kakak. Gimana aku dengan kumisku ini? Cocok nggak? Sedang membiasakan diri memasuki dunia Bapak-Bapak nih."
Gue dan Khonsa: ...................................................................
"Kak Gan mana nih? Aku kangen. Apa lagi ngurus Raka ya (nama anaknya Masgan)?"
Gue dan Khonsa: .................................................................akrab banget.
"Kamu sekarang kesibukannya apa, Di?" Tanya gue.
"Rebahan Kak.:
......................................................................................
"Selain rebahan?"
"Ya... apa ya." Didi menerawang sebentar. "Aku nggak punya temen sekarang Kak. Jadi cari temen baru lewat Discord."
"HAH DISKO?!" Ukhti Khonsa langsung istigfar.
"DISKORD" Jerit gue emosi.
"Ooooh salah denger."
Lalu lanjut dia curhat-curhat, lalu bahas substansi, lalu kami plot-kan dia bekerja di bawah pengawasan Ambu.
Didi, Didi. Semoga kamu lekas lulus ya. Capek kita ketawa Di liat kamu ngelawak.
Ya terus ketemunya gue, jelas gue tanggepin lah.