Udah lamaaaaaa banget nggak nemu tontonan santai tapi seru parah yang bisa dimaraton tanpa bikin sakit kepala. Penasaran tapi nggak bikin capek mikir.
Mari kita sambut:
Jane The Virgin.
Oke, awalnya gue bener-bener memandang sebelah mata serial ini, terutama karena emang dari trailer-nya, beneran... telenovela banget. Kayak... apaan sih ini pasti cheesy parah. Dasar aku, judgemental sekali.
Nonton episode 1: wah rame. Lanjut deh.
Nonton episode 2: anjir
Nonton episode 3: HAH???
Tau-tau jumat malem gue udah di ujung season 1. Awal gue nonton: sabtu minggu kemaren.
Posisi hari ini, alias 2 hari setelah menamatkan season 1: sedang menonton season 3 episode 2.
APA-APAAN INI?!?!?!?!?!?!
---
Tentang Jane, si perawan yang cuma mau berhubungan intim setelah resmi menikah. Eh, ndilalah, dokter kandungannya melakukan malpraktik yang menyebabkan dia... hamil. Semuanya jadi rempong karena perkara Jane hamil ini menyeret banyaaaakkk banget perkara lainnya: masa depan Jane, masalah bingung pilih cowok yang mana, masalah internal keluarganya, perkara kriminal keluarga si bapaknya anaknya, karir bapaknya, green card neneknya... ribet banget dah, khas telenovela.
Gue biasanya beneran males banget kan nonton yang drama gini, tapi pas nonton Jane, rasanya... beda. Ada perasaan yang sama seperti gue nonton Psych, The Mentalist, HIMYM, Friends, Brooklyn 99, dan serial-serial sejenis, yang, sepanjang film, selain disuguhi cerita lawak dan konflik sehari-hari yang terasa dekat, ada pengembangan karakter yang wadidaw di sini. Efeknya tentu terasa sekali, tiap episode makin ciamik. Gimana Jane, si control freak (heu monmaap) yang hidupnya teratur, akhirnya bisa berkompromi dengan keadaan. Michael dan Rafael yang akhirnya bisa, paling tidak, sepakat pada 1 hal. Atau Rogelio dan Xo yang akhirnya bisa mengesampingkan egonya dan jujur akan perasaan masing-masing. Tapi tetep, favorit gue tentu saja Petra yang nggak bisa ditebak. Banyak kejutan, tapi pada akhirnya gue sebagai penonton bisa paham. Karena, seperti yang Jane katakan di salah satu episode, dia juga manusia biasa.
Cara narator bercerita di sini juga menarik banget. Plus, banyak notes-notes bertebaran sepanjang episode, mengingatkan siapa karakter ini, hubungannya apa sama cerita, ngaruhnya apa, dan itu sangat membantu banget, secara gitu ya karakternya banyak banget gue sampe lupa ni orang siapa wkwkwkwk. Plot twist di mari bener-bener kayak... apaan sih, tapi entah kenapa masih bisa diterima nalar gue.
Masih ada 3 season lagi, sekitar 50 an episode lagi, dan sejauh ini, gue selalu penasaran kelanjutannya seperti apa.
Mari lanjut!