Arah Gerak
06.59Gue selalu bingung sama, bagaimana semesta berkonspirasi mengatur jalan apa yang akan gue lalui.
Kadang riweuh banget sampe nangis tiap hari.
Kadang mudah banget sampe gue khawatir sendiri; "Habis ini ada drama apa lagi ya?"
---
Sabtu pagi, gue kirim voice note ke Pak Johan.
"Pak, Bang Igor sekarang single lagi. Aku mesti apa?" Gue bilang begitu.
"Hah, stok lama." Begitu komentarnya. Diantara ring 1 gue, hanya beliau yang kayaknya nggak excited dengan kabar yang gue berikan.
"Lupain." Katanya.
Gue pikir, betul juga. Lima tahun lalu Abang sudah bilang kalo sebaiknya, "iklhaskan, biar bahagia"
Jadi, ya harusnya udah nggak ada urusan lagi dong sekarang.
Tapi, selalu ada tapi tiap kali ada celah. Kondisi gue yang masih selalu memikirkan skenario what if membuat posisi gue terjepit tiap kali ada sinyal kalo gue bisa maju.
Kali ini, celah tipis untuk tapi-nya, gue rasa, kemungkinan... akan gue tutup.
---
Pernah nggak sih, ketemu orang yang, menerima lo apa adanya, seaneh dan se-absurd apapun kelakuan lo?
Buat gue yang perilakunya di luar nalar sampai bisa dinominasikan masuk ke dalam tujuh keajaiban dunia, hal ini sulit sekali terjadi.
Adalah seorang rekan yang mungkin belum genap sebulan gue kenal. Berhasil mencentang semua kriteria, termasuk menerima kelakuan Dewi yang kagak beres. Gue rasa terlalu cepat menyimpulkan akan ke mana arah geraknya, tapi, gue bisa bilang, yang jarang sekali terjadi, kalau memang akan searah, gue Insya Allah sudah siap memulai lagi.
Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang menimbulkan kecemasan berlebih atau kesedihan karena tak sevisi, kali ini gue merasa tenang.
Cukup membuat bertanya-tanya, habis tenang begini bakal ada apa lagi nih?
Sekaligus bertanya, mungkin nggak ini terakhir?
Yang jelas, gue sudah ada di posisi paling rentan yang bisa gue bayangkan: membuka diri.
---
0 komentar