The Adventure of Roda Bajaj
08.04
BTW ini post ke 153. Selamaaat! *pentingabis (153 itu kode jurusan kami hahaha)
Ini mungkin satu dari sekian banyak cerita tentang tingkat akhir yang (baru akan) mulai gue post di sini. Karena ngatuk juga, jadi gue cuma akan ngepost secara garis besar. Detail-detail post akan gue tulis kapan2 *aduh maap alesan anaknya*
Cerita ini berkisah tentang petualangan gue dan dua dua teman gue yang lain, yang (insya allah) akan jadi partner TA. Gue menyebut diri kami sebagai roda bajaj.
Ini mungkin satu dari sekian banyak cerita tentang tingkat akhir yang (baru akan) mulai gue post di sini. Karena ngatuk juga, jadi gue cuma akan ngepost secara garis besar. Detail-detail post akan gue tulis kapan2 *aduh maap alesan anaknya*
Cerita ini berkisah tentang petualangan gue dan dua dua teman gue yang lain, yang (insya allah) akan jadi partner TA. Gue menyebut diri kami sebagai roda bajaj.
Kenapa roda bajaj sih Wi?
Ya karena kami bertiga bulet. Jalannya desek-desekan bertiga. Kemana-mana bersama. Persis roda bajaj menggelinding. Gue, Tio, Mala.
Jadi semua berawal ketika gue lagi galau mau TA sanitasi tapi pengen desain MCK kampung adat. Sejak Pak Tresna bilang "Coba, diukur dulu kemampuannya. Kalo kamu sanggup mempelajari pola perilaku sampai desain selama satu tahun, nggak masalah."
Jiper duluan. Akhirnya saat sedang galau, Tio ngobrolin sesuatu tentang SUDS (sustainable urban drainage system). Dari situlah gue kemudian berpikir, apa jangan-jangan doa lama gue ketika tingkat dua buat TA drainase biar mengurangi banjir diijabah sama Tuhan?
Kemudian gue, Tio, dan Mala konsul ke beberapa dosen, sampe akhirnya Tio menemukan sesuatu yang bernama kota hijau. Nah konsep kota hijau inilah yang kemudian pengen kami kembangkan. Gue drainase. Mala mau recycling water. Tio mau sesuatu yang lebih melihat secara keseluruhan dari sistem tersebut.
Pertama kami nyari dulu instansi terkait hal-hal tersebut di atas. Dapetlah kalo kota hijau itu ada di dirjen penataan ruang PU. Konon katanya ada di Jakarta. mulailah sibuk nyari kontak ke sono, trus kagak dapet. Akhirnya, karena bingung, ya udah kami ke pusair di dago (anaknya mageran, tapi biarinlah). Baru deh dari sana ditegaskan kembali kalo emang kota hijau itu di bawah dirjen yang beda. Kami terus-terusan nyari kontak, dan gue dapet dari Bram kalo bisa tanya-tanya ke distarcip laswi.
Nyampe di distarcip, harus pake surat bla bla bla. Kami nyerah, pulang, sampe akhirnya Mala dan Tio mendapatkan kontak orang satker P2KH (proyek pengembangan kota hijau). Kita terus ke jakarta, ngobrol, dapet ide supergaul parah, terus direkomendasiin ke puskim cileunyi buat nanya soal data.
Nah, dari petualangan roda bajaj, selalu ada yang menarik, yaitu : kami anaknya tukang jajan. Nggak heran sih makanya kami bulet kayak roda bajaj. Dimulai dari ketika ke pusair. Baru ke pusair doang, mala udah ngajakin beli cendol, dan nyaris aja gue sama dia makan bakso balik dari pusair. Pas ke distarcip, data kagak dapet, pulangnya ke Chiz. Pas ke dirjen penataan ruang lebih epic lagi. Turun dari travel makan bubur ayam, selang sejam udah nongkrong di bakmi GM. Mala sempet bilang, kalo
"Pak uang saya habis buat TA. Bukan buat ngambil data atau transport, tapi buat makan tiap kali ambil data."
Kami sampe berdoa jangan sampe ngambil data deket tempat makan.
Hal unik lainnya adalah kami bertiga manusia buta arah. Buta banget. Nah, respon terhadap kebutaan arah kami bertiga adalah seperti ini :
Tio : nanya aja ntar juga sampe.
Gue : jalan aja ntar juga nemu.
Mala : ngikut gue sama tio.
Besok, kami bertiga bakal menyambangi puskim di cileunyi. Waktu kesana tahun kemarin jujur aja gue tidur di bis. Tio pun begitu. Mala udah di duri buat KP. Jadi ya, good luck ya you guys, jangan kesasar.
Semoga perjalanan kami ber-TA-ria selama beberapa bulan ke depan akan mulus, semulus roda bajaj yang menggelinding asoy di jalan tol. Tapi kata Tio bajaj nggak boleh masuk jalan tol, jadi... ya udah. di jalan mulus deh.
Semangat :)
ini tio buleud
ini mala endut
ini gue kok gosong banget ya :(
0 komentar