Nyari Kerja Setori : Tukang Aer

19.12

Ada sebuah tawaran menarik untuk menjadi karyawan di sebuah BUMD yang bergerak di bidang air bersih. Gue pertama dapet info dari Maha. Kemudian ternyata di web karir center informasi tersebut juga nongol. Karena anaknya lagi semangat empat lima mencari kerja demi mengemban misi terbebas dari menjadi beban negara (dan orang tua, tentu) maka gue dan Yara memutuskan buat daftar. 

Baru sebatas memutuskan, tapi enggak daftar-daftar.

Barulah sekitar seminggu kemudian setelah beres tes pabtik susu, gue dan Yara saling mengingatkan buat daftar perusahaan air minum tersebut. Pada hari selasa malam, Yara mengirim surat lamaran ke HRD nya, sementara gue baru sebatas liat-liat CV sambil bikin cover letter. Gue sendiri lupa udah ngeklik tombol send apa belum. Pokoknya, pada malam rabu tersebut, gue tidur cepet karena keesokan harinya janjian sama Ismi dan yara buat jalan-jalan ke Asia Afrika.

Dalam perjalanan menuju Braga, Yara nge-line gue.

"Wi email kamu udah dibales Pak HRD nya belom?" 

Buset. Baru ngeh gue jangan-jangan gue belom kirim lagi lamarannya.

"Cepetan kirim, barusan email aku dibales. Kata Bapak HRD nya besok jam 9 pagi tes di kantor, alamatnya di Tubagus."

Panik, gue kembali membuat cover letter dan melampirkan CV. Sampai Braga pun Yara dan ismi dengan sabar, setia, dan penuh cinta kasih nungguin gue kelar kirim email ke HRD perusahaan tersebut. Walhasil kami baru jalan jam 10. 

Sampai siang, bahkan sore setelah kami pulang jalan-jalan, gue konsisten mengecek email. Hasilnya nihil. Mungkin gue akan diikutsertakan pada gelombang tes selanjutnya. Namun, jam delapan kurang lima menit, masuk sebuah email ke HP gue. Balasan dari Bapak HRD yang intinya kira-kira gue juga disuruh dateng tes jam 9 pagi hari kamis bareng Yara.

"ASIK ADA TEMEN." Kata Yara. Gue bingung, apa yang harus gue lakukan. Apakah gue harus :
a. Belajar
b. Tidur
c. Makan beling sambil koprol?

Gue memutuskan untuk tidur saja. Karena katanya tes-1, gue berasumsi kalau tes yang akan dilakukan adalah psikotes atau tes potensi akademik, jadi gue nggak perlu belaar. Gue janjian sama Yara jam 8 di kosan Yara. Kami sama-sama buta arah, nggak tahu di mana letak perusahaan tersebut. Berbekal bertanya pada Eyang Google Map, kami menemukan lokasi perusahaan tersebut dekat dengan indomaret Tubagus 7.

Hari kamis jam 8.15 kami berangkat dari kosan Yara, jalan ke Simpang, naik angkot Tubagus. Sepanjang perjalanan kami ngerumpi-ngerumpi asyik, sampai mendekati Indomaret yang dimaksud di peta. Namun, begitu lewat dari Indomaret dan rumah sakit ginjal nggak ada tanda-tanda kehadiran kantor perusahaan, gue mulai curiga. Jangan-jangan arah yang ditunjukin di peta salah. Soalnya gue pernah mau beli batik di Danar Hadi, Di peta ditunjukin di jalan Riau yang deket Cilamaya. Nggak taunya Danar Hadi-nya sebrang Taruna Bakti....... kan jauh aja.

Akhirnya kami memutuskan buat turun dari angkot dan nanya sama Ibu-Ibu yang punya warung. Udah nanya tiga kali, nggak ada yang tahu keberadaan perusahaan tersebut. Jangan-jangan doi masuk ke dalam jalan Tubagus lagi, pikir gue dan Yara. Tapi sejauh mata memandang nggak terlihat ada bangunan yang besar tinggi menjulang macem kantor. 

"Jangan-jangan kita kejauhan Wi." Kata Yara. Bisa jadi sih. Akhirnya Yara nelpon si kantor tersebut, dan kata Mbak-Mbak yang nerima telpon, letak perusahaannya agak masuk sedikit ke dalam. Masuknya lewat samping rumah makan padang Pagi Sore.

Gue dan Yara bertatapan. Perasaan kami mulai nggak enak. Sepanjang jalan kayaknya nggak lihat rumah makan padang Pagi Sore. Padahal ini kan masih pagi. Harusnya masih buka dong rumah makannya. Kalo siang, mungkin tutup.

Maaf garing, abaikan saja selingan barusan.

Akhirnya gue nanya ke Abang ojeg di mana letak rumah makan Pagi-Sore. Lalu, inilah jawaban si Abangnya.

"Deket pangkalan ojeg satunya lagi Neng. Neng jalan aja terus ke arah Jalan Dago. Si rumah makannya deket ujung jalan."

What the....

Jam sembilan kurang sepuluh menit. Gue sama Yara akhirnya jalan ngebut dari Tubagus ke arah Dago. Buset dah itu peta melencengnya bisa 300 meter lebih. Sampai akhirnya gue dan Yara ngos-ngosan, seorang Bapak menghampiri kami.

"Mau tes di perusahaan air ya Neng?"

"Iya Pak." Kata gue, dengan napas putus-putus. 

"Itu, gedungnya keliatan dari sini. Persis di belakang sini Neng gedungnya. Neng masuk dari pinggir pangkalan ojeg itu, paling juga cuma 50 meter."

Setelah berterimakasih, buru-buru kami jalan, nanya ke satpam, dan, sampailah kami ke gedung yang ternyata deket banget sama Jalan Ir. H. Juanda. Kam to the Pret. Kampret. Dan kami sampai di sana pas banget jam 9. Untungnya ketika sampai sana nggak langsung tes melainkan isi data diri dulu. Ada sekitar 20-an orang di ruangan gue, dan mungkin 10 orang di ruangan lainnya. Kalo dilihat dari wajah dan tangan-tangan yang bercincin, kayaknya peserta termuda di sana cuma gue sama Yara. Yang lain kayaknya udah berpengalaman kerja. Berat juga saingan di tempat begini, pikir gue. Belom apa-apa gue udah jiper duluan. Kedepak sih kayaknya. Ya udah lah, pasrah ajah. Namanya juga usaha.

Setengah jam kemudian kami dijelaskan tahapan seleksi. Lalu, tes dimulai. 

Tes pertama isinya logika matematik berupa deret. Bapak yang ngetes kami bolak balik mengingatkan kalau waktu tesnya hanya sepuluh menit. Sepanjang tes beliau dengan sangat antusias mengingatkan kami kalau waktunya tinggal sedikit. Sayang, antusiasme si Bapak yang berdiri tepat di depan gue agak mengganggu konsentrasi. Gue nggak dikayakgituin aja nggak bisa konsen. Lalu tes selanjutnya cukup menarik karena agak berisi pengetahuan umum. Jadi soalnya kurang lebih begini :

1 tahun = ... minggu = .... hari
1 dasawarsa = ... tahun = ... bulan
1 rim = ... lembar
1 gros = ... lusin

dan sejenis itu.

Pas lihat soalnya hal pertama yang gue lakukan adalah.... bengong. Gue merasa bodoh maksimal nggak ngerti yang beginian. Ya udah gue cuma bisa pasrah pada yang di atas. Setelah waktunya habis, jawaban kami dikumpulkan. Tes selanjutnya adalah tes kemampuan untuk posisi yang dilamar. Bapak yang ngetes berkeliling dan bertanya jurusan serta posisi yang dilamar. Gue cuma bilang jurusan gue TL tanpa bilang posisi yang gue lamar. Bapak tersebut datang dan bertanya pada gue,

"Analis lab, mau?"

Gue manggut aja, walaupun sebenernya posisi yang gue lamar adalah pengembangan sistem penyediaan air minum. Tapi sebelum tes dimulai, gue ngacung dan bertanya pada si Bapak.

"Pak, kemaren saya daftar pengembangan SPAM. Tapi dimintanya berpengalaman. Gimana Pak? Saya fresh graduate."

"Oh, nggak apa-apa. Mau coba pengembangan SPAM? Kalo mau saya kasih soalnya."

"MAU PAK." Lalu soal gue diganti.

Kami diberi waktu satu jam untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Setiap orang punya jenis dan jumlah soal yang berbeda sesuai posisi yang dilamar. Gue sendiri mendapatkan tiga belas soal, terdiri dari tiga buah soal hitungan mekflu sederhana, dan sisanya tentang materi. Super umum. Gue berasa lagi UAS semua mata kuliah dari semester 3 sampai semester 8. Ditanya siklus hidrologi, tahapan proyek, AMDAL, ISO, bahkan yang lebih absurd, ada pertanyaan tentang ROI, IRR, ROE, dan kawan-kawannya. Plus, ada SWOT. Gue cuma bisa keta-ketawa miris karena dari semua istilah ekonomi teknik yang ditanyain gue cuma tau singkatannya tapi nggak bisa jelasin. Pas bikin diagram SWOT gue bikin acak-acakan, pas njelasin ISO sama AMDAL gue bingung mau nulis apa. Pokoknya gue cuma bahagia pas ngerjain hitungan sama siklus hidrologi deh. Sisanya gue cuma bisa nyengir pasrah sambil dalam hati minta maaf sama Kaprodi karena kemungkinan besar gue akan mempermalukan nama jurusan.

Satu persatu orang udah mulai keluar dari ruangan. Mungkin tinggal sisa 5-6 orang lagi, termasuk gue dan Yara yang nungguin gue kagak kelar-kelar. Mas-Mas di samping gue kemudian bertanya pada pengawas,

"Mas, ini waktunya berapa lama lagi?"

Sambil menatap stopwatch si pengawas berkata, kalem.

"Li...ma menit tiga puluh detik lagi."

"Hah?" Mas samping gue cengo.

"Sekarang jadi lima menit dua puluh detik lagi."

Gue, dalam kepanikan yang tak kunjung reda karena masih ada tiga soal yang belum kejawab mau nggak mau ngebut. Pada akhirnya ada satu soal yang nggak sempet gue jawab, yaitu tahapan pengembangan proyek, lantaran pas banget nulis nomer, watunya habis. Yowes. Gue kumpulin dan keluar ruangan sambil ketawa-ketawa sama Yara.

Besok-besoknya, gue ketemu Mela, Tio, dan Eris di Salman sebelum ke Titian Karir. Ternyata, Eris juga daftar di perusahaan yang sama dan untuk posisi yang sama kayak gue, cuma dia daftar batch sebelum gue. Ya bedanya dia udah berpengalaman sih. Tapi who knows, kalo ternyata rejeki kami dan kami berdua sama-sama keterima. Ya kan?

Tetap semangat para jobseekers!

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images