Okeh, di minggu pagi yang cerah ini, gue kepingin membuat postingan lucu tentang... PUSDALOPS 24/7.
Apa tuh?
Lo tau, di berbagai daerah di Indonesia, lazimnya ada sebuah Pusat Pengendalian Operasi yang tanpa lelah bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu (ya pake shift-shift an lah ya). Fungsinya untuk memberikan respon tercepat kalo-kalo ada kondisi darurat. Mungkin kalo di RS, semacam IGD gitu kali ya. Misal nih, tiba-tiba ada kebakaran mendadak. Atau, tahu-tahu ada gempa besar tengah malam dan ternyata berpotensi tsunami. Abang-Kakak di PUSDALOPS ini yang akan mengaktifkan sirine tsunami, ngasih kabar kesana-kemari biar orang-orang tau kalo harus evakuasi.
Saat gue S2 4.5 tahun lalu dan masuk ke konsentrasi kebencanaan, rekan-rekan gue yang cuma berlima (berenam sama gue) membuat grup kelas untuk memudahkan koordinasi. Alih-alih bertukar info penting, isi grup kami kebanyakan.....receh. Saking recehnya, kalo belanja ga dapet kembalian (traktakdus).
Gurp itu, kami beri nama PUSDALOPS 24/7.
Kenapa?
Ya karena tiap-tiap ada aja yang komen pagi buta, tengah malem, siang bolong. Ganti-gantian. Ampe salah seorang dari kami bercanda, "Dah kek PUSDALOPS ini. Ayo-ayo, apel tukar shift"
Lol.
Kali ini, gue mau menceritakan isi grup dan kelakuan mereka yang ajaib-ajaib sepanjang pertemanan kami.
Dimulai dari... yang paling sepuh?
1. Pak Rio
Bapak dua anak yang ini merantau dari Garut, kuliah di Bandung, lalu bekerja di Kalimantan, dan akhirnya dapet anak Pak Haji Pontianak, menjadi PNS di sana dan hidup bahagia selamanya. Background-nya IT, kerjanya di BKD (Badan Kepegawaian Daerah), eh kuliah S2, ngambil Perencanaan Wilayah dan Kota, konsentrasi Kebencanaan. Tunggu, gue bingung. Jangankan gue, dia juga bingung. Background IT nya alhamdulillah sangat berjasa pada kami yang gaptek-gaptek ini, yang suka konsul dan minta wejangan dalam membenahi piranti baik lunak maupun keras, walau kadang ilmu tak terkiranya suka di-downgrade jadi "Mas, ini kenapa ya proyektornya ngga nyala?"
Pak Rio pergi ke Bandung, meninggalkan anak istri, untuk beneran kuliah, alias, jarang banget mau diajak nongkrong karena fokusnya adalah nugas dan nesis. Tujuannya adalah selesai secepet-cepetnya, karena tesis yang baik adalah tesis yang kelar. Beliau dapet beasiswa, tapi cuma mengcover 3 semester. Otomatis, kalo lewat dari itu, harus menrogoh kocek pribadi. Begitu beliau udah siap-siap nabung buat biayain semester ke 4, eh ndilalah malah lulus sebelom semester 4 dimulai.
Lalu, duit tabungan yang beliau siapkan untuk nambal biaya kuliah di semester 4 dipake buat nraktirin anak-anak bencana. DIBIKININ JAKET GAES huhuhuhu jaketnya bagus (trus di-hak-milik-in bapa sama abang gue lah gue disuruh pake jaket laen, heran deh -_-). Plus dipake piknik. Oiya, piknik ala kami mah, sederhana. Beli nasi bungkus, lalu makan sama-sama di Lapangan Seni Rupa atau Sipil.
2. Pak Jipang
OKE NAMA ASLINYA BUKAN JIPANG. Nama asli beliau Wijang.
Insiden salah nama ini terjadi ketika ada pembicara tamu pada salah satu kuliah kami yang keliru menyebutkan nama. Ceritanya Pak Wijang ini bertanya, dan selesai bertanya, Ibu narsumnya menjawab sambil menyebut nama, mungkin biar kelihatan akrab gitu kali ya,
"Iya, jadi PAK JIPANG."
Satu kelas nahan tawa, termasuk dosennya.
Di lain kesempatan, salah satu dosen salah menyebut namanya jadi Shinchan.
INI JAUH BANGET GES KAYAK DARI SABANG SAMPE MERAUKU DARI MIANGAS SAMPE PULAU ROTE.
Bapak 4 anak ini (iya sekarang udah 4 alhamdulillah) adalah ayah sayang keluarga. Pernah suatu hari kami ngajakin beliau buat diskusi UAS bareng (beberapa UAS kami modelnya take home, jadi bisa didiskusikan dan dibagi-bagi cari-cari bahannya). Beliau nolak, lalu kirim foto "Aku lagi nemenin anakku lomba gambar".
Beliau juga sering minta film anak-anak ke Pak Rio atau ke Suderi, buat oleh-oleh anak-anak katanya. Bapak ini sangat senang mencari tempat dengan WiFi kencang buat donlot-donlot film. Pernah suatu hari kami jalan-jalan dan makan di salah satu resto bebek di deket RSHS. Eh, WiFi nya juara. Walhasil sambil makan, Pak Jipang bisa sampe donlot 3 film buat anaknya. Senang sekali.
Pak Jipang dan Pak Rio sangat nyambung kalo bahas-bahas teknologi, gadget secondhand, hape terkini, yang gitu-gitu lah. Bertiga sama Suderi biasanya. Gue mah kaga paham, jadi iya-iya aja.
Saat ini, Bapak Jipang bermukim di Banten, karena sedang ditugaskan di sebuah UPT pemantauan pesisir. FYI, beliau ini kerja di KKP.
3. Pak Johan
Nah ini nih, gegedug anak mitben.
Nama aslinya Hengki, tapi kalo pesen apa-apa di resto, bilangnya selalu Johan. Kadang Sueb. Tergantung mood nya dia hari itu lah. Orangnya suka bikin emosi, suka ember, sampe rasanya pengen gue cat mulutnya pake No Drop saking bocor tak terkendali.
Beliau bekerja di sebuah perusahaan reasuransi bencana, bagian penelitian bencananya. Tapi, berhubung judulnya "asuransi" kami suka ngeledekin, jangan deket-deket ama Pak Johan, nanti diprospek suruh beli premi.
Bapak satu anak dan selusin lebih kelinci ini, sangat suka random nanya ke gue " DAH PUNYA PACAR BELOM?" sampe rasanya pengen tak hiiiiihhhh. Tapi, dia teman cerita yang menyenangkan. Walau kadang tiba-tiba udah dipesenin jangan bocor, dia lalu tereak ke Ambu "BU BU TAU GA DEWI LAGI DEKET SAMA SIAPA???"
Banyak sekali cerita yang gue dan Bapak ini bagi. Setengahnya lebih cerita yang bener-bener sifatnya personal dan mengoyak hati (halah). Sekali lagi, walaupun dia ember, dia pendengar yang baik, dan bisa memberikan masukan yang pengen gue denger sekaligus harusnya gue denger.
Tapi tetep, suka bikin emosi. HIH.
4. Ibu Ninisnyus
Satu-satunya rekankuuuuuuu yang wanitaaaaa di sini. Mamanya Janu ini sekarang freelance di Ngalam sambil mengurus toko buku online-nya yang bernama @tokohemeh. Difollow ya ges instahramnya!
Ibu Ninis sangat senang kopi. Hobinya minum kopi item. Suka diledekin ama yang laen, macem sopir truk atau bis AKAP aja, minum kopi item makan gorengan. Berkumis tipis hingga suka diledekin Ninis Dahlia. Mungkin kumis tipis itu yang membuatnya pernah dipanggil Aa' ketika belanja di Indomaret.
Kami sama-sama suka kucing, tapi Ibu Ninisnyus lebih expert dari gue. Kucingnya banyaaaakkk, dan lucu-lucu. Suka bawa dry food buat dibagiin ke anabul-anabul kampus. Pernah saking bawa DF banyak, sempet disangka cemilan manusia sama temen, mungkin karena bentuknya mirip sereal?
Karena cewek di geng ini cuma dua, kami suka disebut sebagai puncak rantai makanan. Tentu saja puncak rantai makanannya Ibu Ninis dong. Kalo ada apa-apa yang butuh keputusan, pasti penentunya ada di Ibu Ninis. Pernah suatu hari kami berencana nonton bareng. Akhirnya dibuat polling di grup buat menentukan film yang akan ditonton. Nggak ada yang mau nonton horor. Trus dijapriin satu-satu sama Ibu Ninis ini, diancem suruh milih horor di polling grup.
AKHIRNYA JADINYA NONTON PENGABDI SETAN.
Gue kebetulan sakit waktu itu. Pak Rio gak ikut. Suderi dan Tia (ini anggota kehormatan kita), udah tutup muka. Bapak Johan, ya sok sok berani padahal jantungan. Pak Jipang udah nonton Pengabdi Setan versi jadulnya, jadi beliau menyediakan trivia pada Suderi dan Tia soal perbedaan film yg versi asli dan remake.
Powerfull sekali, bukan?
5. Suderi
Dah pernah dijelasin kan ya?
Pokoknya dia adalah desainer dari semua logo-logo yang kami punya, kang foto yang bawa kamera tiap piknik, dan tentu saja, suplier kerecehan di grup.
--------------
Nah selain lima temen barusan, ada 2 anggota kehormatan lagi, yaitu Tia dan Pak Putu. Tia sekarang dosen di ITENAS, sementara Pak Putu kerja jadi PNS di BPN Lombok. Mereka menambah keceriaan PUSDALOPS 24/7 yang isinya udah receh, bertembah receh level tak hingga.
Kalo nggak ada mereka bertujuh nih, hidup gue selama S2 kayaknya bakalan bosenin banget.
Kangeeeeen!!! HAYU PIKNIK!!!