Jika Kalian Melakukan Apa yang Kalian Cintai
09.42
Gue pernah baca di tumblr (iya, karena minimnya waktu buat baca buku, gue akhirnya baca-baca tumblr... (._.)) katanya kira-kira begini : Cintilah pekerjaan lo, maka seumur hidup lo nggak akan perlu meggunakan satu detik pun dari hidup lo buat bekerja. Gampangnya, pekerjaan ga bakalan terasa jadi kerja kalo lo hobi.
Gue termasuk orang yang sangat senang menulis. Saking senengnya, apapun gue tulis. Daftar belanjaan, jokes-jokes bodoh, (sampe tiap kali ada percakapan tolol, Amirati selalu berteriak ke gue "WI GUE PUNYA BAHAN PERCAKAPAN BUAT LO MASUKIN DI TUMBLR!") dan kalo lagi kesambet angin puyuh, gue suka nulis beberapa hal yang agak berat dan kadang filosofis. (ceileh, padahal pas dibaca lagi gue sendiri nggak ngerti nulis apaan).
Dari kecil, gue bercita-cita menjadi seorang penulis. Berprofesi jadi apapun gue, mau jadi dokter, jadi perawat, jadi manager, jadi engineer, jadi apapun, gue harus jadi penulis. Gue sangat senang menulis kehidupan sehari-hari, makanya lahirlah proyek-proyek gue yang berkisah tentang keseharian, salah satunya Engineer Rhapsody (direncanakan berjumlah 5 buku, mencakup 4 stage kuliah dari TPB sampai swasta, dan 1 buku tentang hari reuni yang bentuknya flashback), Reuni (dalam proses pengerjaan, pengen diikutin ke lomba, tapi kok ya deadline minggu depan sampe sekarang masih berapa halaman -_-), dan jutaan anak-anak gue yang terbengkalai di tengah jalan karena mendadak writer block.
Gue selalu menganggap tulisan-tulisan gue adalah anak-anak gue. Dengan penuh kasih sayang gue merawat dan membesarkan mereka. Ini mungkin terdengar agak lebay, tapi ya memang begitulah. Seperti Boys 2 Men yang jatuh cinta pada cewek di cover majalah Life (Silakan dengerin lagu Girl In The Life Magazine), gue pun jatuh cinta pada karakter-karakter yang gue ciptakan. Begitulah cara gue menulis dan memberi mereka nyawa. Sebisa mungkin gue menulis dari hati, supaya apa yang gue tulis bisa dimengerti oleh pembaca, dan mereka merasakan persis sama dengan apa yang gue rasakan. Makanya sejujurnya gue selalu membuat menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan, dan gue nggak berusaha membuatnya menjadi pekerjaan yang bener-bener bertumpu pada aspek komersil. Gue takut kehilangan maknanya. Gue takut kehilangan rasa cinta gue. Gue takut cerita-cerita gue tumbuh menjadi anak-anak gaul masa kini yang cuma jadi mesin ATM nggak berotak, berwatak, dan berhati.
Yang paling penting, gue takut pada akhirnya semuanya menjadi beban, dan gue merasa hobi gue manjadi sebuah pekerjaan. Dari yang asalanya "tidak ingin merasakan beratnya bekerja karea mengerjakan sesuatu yang dicintai", malah berubah jadi "terbebani oleh sesuatu yang dicintai yang kemudian dikerjakan karea ia telah berubah menjadi pekerjaan".
Menulis adalah kesenangan gue, dan tentu saja gue menggarapnya dengan profesional. Tapi gue tidak mau kelewat "maksa", supaya anak-anak gue tetap punya makna. Gue tetap punya mimpi pada suatu hari nanti, jadi apapun gue, gue akan tetap bisa jadi penulis. Jadi gue nggak harus bekerja barang sedetik sepanjang hidup gue.
Semoga terlaksana!
0 komentar