Monologue

Ada proker dari salah satu departemen di himpunan gw, yaitu departemen medkominfo. Namanya What's up HMTL. Keren banget deh, soalnya dia ngasih info-info menarik tentang proker himpunan yang udah terlaksana, teaser proker selanjutnya, plus ada tentang info-info eksternal juga. Keren banget deh, seneng banget bacanya. Apalagi ada fakta2 menarik sama captured moment yang capturing tweet galau orang (sekarang kalo mau ngetweet galau harus ati2. #okesip)

Don't You Remember - Adele

When will I see you again?
You left with no goodbye,
Not a single word was said,
No final kiss to seal any sins,
I had no idea of the state we were in,

I know I have a fickle heart and a bitterness,
And a wandering eye, and heaviness in my head,

But don't you remember?
Don't you remember?
The reason you loved me before,
Baby, please remember me once more,

When was the last time you thought of me?
Or have you completely erased me from your memory?
I often think about where I went wrong,
The more I do, the less I know,

But I know I have a fickle heart and a bitterness,
And a wandering eye, and a heaviness in my head,

But don't you remember?
Don't you remember?
The reason you loved me before,
Baby, please remember me once more,

Gave you the space so you could breathe,
I kept my distance so you would be free,
And hoped that you'd find the missing piece,
To bring you back to me,

Why don't you remember?
Don't you remember?
The reason you loved me before,
Baby, please remember me once more,

When will I see you again?

Katanya sih perpisahan yang paling nggak ngenakin adalah perpisahan tanpa kata-kata. Ceileh, kekmana tuh pisah nggak pake kata-kata? Ya kabur aja gitu kali ye, nggak pake pamitan. Mungkin gampangnya gini. Misal dulu lo sobatan sama orang. Karena beda sekolah jadi sulit kontak. Sebulan dua bulan awal mungkin masih keep in touch. Tahun kedua dan selanjutnya, karena beda kesibukan jadi aja renggang dan bener-bener kayak tinggal di dunia lain. 

Atau mungkin pernah dekat dengan orang, dalam konteks yang lebih dari teman. Mungkin karena dirasa nggak jelas dan nggak ada kemajuan, makanya lama-kelamaan bubar.

Gue pernah merasakan keduanya. Kalo kasus dua sih karena lingkungan yang memaksa. Walaupun katanya sebuah hubungan hanya tentang dua orang saja dan bukan seisi dunia, tapi yakali lo mau egois dan sebodo amat ama sekitar lo. Lagu ini mengingatkan gue pada kasus dua. Banyak pertanyaan kenapa yang numpuk dan nunggu dijawab.

Mungkin Sist Adele juga menciptakan lagu ini karena ada satu kata tanya kenapa yang dia ingin tau jawabnya. 

Alkisah di sebuah republik bernama Republik Cisitu, terdapat sebuah sekolah dasar yang bernama SD Al-Mukhlis. 

Shoot daerah Cisitu yang padat dengan bangunan, angkot, mobil parkir, dan anak-anak TPB yang berebutan angkot ungu jam 7 kurang lima belas pagi. Eh, anaknya ibu cobek ke-shoot. #lho

Udah ah mulai ngaco. 

Kemarin gue, Kotip, Chissy, sama Uni melanglang buaya buana ke ujung Republik Cisitu, tepatnya ke SD Al-Mukhlis. Kedatangan kami ke sana tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mendaftarkan diri sebagai siswa mendaftarkan anak kami sebagai siswa survey rumah belajar HMTL. Rumah belajar ini proker dari departemen Pengmas yang dibawahi oleh Andika. Karena Andika lagi kajian pekka, maka surveynya dilakukan sama kami-kami ini. 

Malem sebelumnya, Kotip bilang janjian jam 8.30 di terminal Cisitu. Karena bukan warga Cisitu, gue kebingungan di manakah angkot Cisitu berakhir. Ternyata kata Kotip bentuknya emang kagak kayak terminal. Pokoknya si angkotnya bakalan diem di sono. Okesip, gue pun bertekad untuk naik angkot Cisitu sampe ujung.

Di hari H, gue datang ke tempat janjian jam setengah 9 teng, daaaaaan sepi. 

Backsound suara jangkrik.

Maka gw nge-line Kotip, bertanya doi ada di mana.

"Gue lagi pake sendal Wi."

Oke.

"Gue udah naik di atas motor nih Wi."

....Oke Tip, oke. Kayaknya bentar lagi dia laporan "Wi gue lagi nyetir motor, gigi 3."

Sekitar 5 menit kemudian Kotip sampe.

"Maaf Wi, lama ya? Di tengah jalan gue baru sadar gue pake sendal, terus gue balik lagi ganti pake sepatu. Nggak sopan, masa ke sekolah pake sendal."

Bener juga. Habis itu kami naik motor Kotip fotokopi kuesioner buat anak-anak SD-nya di fotokopian bawah, deket kosannya Disti. Habis itu cus lagi ke tempat janjian. Berhubung yang tau letak dan pernah ke SD-nya cuma Uni, Chissy, Amri, Nisa, maka kami berdua cuma sanggup bengong kayak sapi ompong nungguin Uni sama Chissy.

"Chissy di mana Tip?"

"Di jalan Wi. Deket stasiun. Itu jauh nggak?"

"Ya... setengah jam lagi lah sampenya."

"BUSET." Kotip syok. Akhirnya daripada menunggu Chissy dan Uni, kami berniat untuk ngebolang aja nyari sekolahnya. Bermodalkan tanya sana-sini dan mblusuk-mblusuk ala Pak Jokowi, akhirnya kami berhasil menemukan letak SD Al-Mukhlis-nya ada di mana. (Sekaligus menemukan jalan yang nggak usah pake blusukan (._.)) Jam setengah 10 Uni dan Chissy akhirnya dateng sambil cengengesan. Ternyata Chissy ketiduran. Huehehehehe. 

Setelah wawancara kondisi eksisting dan metode yang kemungkinan bisa dipake buat ngajar anak-anak kelas 3 SD, kami diminta buat nunggu sampai kegiatan belajar selesai buat masuk kelas dan membagikan kuesioner. Kami dibantu sama wali kelas 3, yaitu Bu Dewi (Aw namanya sama :">)

Jam 11 siang, kami kemudian diperbolehkan masuk kelas. Pertama kami masuk ke kelas 3A. Katanya siswa kelas ini lebih seneng kalo didongengin, dan kalo dibawa belajar kelompok biasanya mereka cenderung ngobrol. Anak-anaknya sedikit lebih hiperaktif, dan katanya kalo dijelasin di kelas mesti pelan-pelan dan perlu diulang. (info tambahan : menurut Uni dan Chissy, cowok-cowok 3A ganteng-ganteng. #okesip)

Kotip sebagai Mas-Mas yang pandai mendekati anak kecil memimpin pengisian kuesioner. Pas pembagian kuesioner, doi dibantu sama ketua kelasnya dan temen sebangku si ketua kelas. Bareng-bareng gitu ngisinya. Kotip ngejelasin nomer 1, habis itu nanti anak-anak ngerjain nomer 1. Nanti setelah semuanya isi, pindah ke nomer 2, begitu seterusnya. Beres isi kuesioner, main oper-operan penghapus pake lagu. Pas lagunya berhenti, orang yang megang penghapus harus ke depan, nyanyi dan joget. 

Ya begitulah kira-kira. Terus penghapus berhenti di meja Nabila dan Nafisa. Jadilah mereka berdua maju. Karena merasa permainan kurang menantang kalo cuma joget dan nyanyi aja, Widya mengusulkan kalo teman-temannya yang nyanyi dan joget dikasih hadiah.

"Hadiahnya apa?"

"Ya hadiahnya dari Kakak."

"Waduh aku nggak bawa hadiah." Kata Kotip. 

"Ya udah hadiahnya dicium aja sama Kakak."

Kemudian Kotip diam sementara gue, Uni, dan Chissy ngakak-ngakak ngadep tembok.

"Ada usulan hadiah lain nggak?"

"Pulang aja hadiahnya." Kata Nabila yang pipinya mirip Windi.

"Ya udah, hadiahnya pulang aja."

"Ah nggak rame atuh Kakak kalo hadiahnya pulang mah!" Widya mencak-mencak.

"Ya udah, hadiahnya apa deh?" Kotip berusaha sabar, mengayomi, dan kebapakan.

"Hadiahnya ISTIRAHAT AJA."

Kali ini gue udah nggak tahan dan ngakak ngadep anak-anaknya. 

"BOLEH!" Kata Kotip girang. Pada akhirnya rangkaian acara selesai dan mereka berdoa dalam hati dipimpin Widya. Anehnya, doanya lama banget kagak kelar-kelar. Kayaknya disengaja deh biar temen-temennya kagak pulang :p

Kemudian pas kami kamu pulang, anak-anak itu bertanya "Kakak besok kesini lagi nggak?"

Belum Dek, nanti ya, bulan sembilan :)

Terpatah hati adalah melihat orang yang lo suka menikah. Rasanya seperti pengen nyanyi Someone Like You-nya Adele di hari nikahannya. Terus pre-wedding-nya nongol terus di TV. Orang itu, foto-foto pra nikah di tempat paling unyu yang pengen lo kunjungi. Patah hati kuadrat.

Pagi-pagi Yara ngirim whatsapp dan isinya sangt-sangat menghancurkan hati sampe level maksimum.

"Dew, Judika Idol lagi prawed di Bromo."

Seketika gue menjerit, meraung dan berhguling, roll depan roll belakang sambil ngunyah sushi roll. Ternyata lagi puasa, dan bagian sushi roll juga cuma bercanda. (Sebenernya keseluruhan kalimat bercanda doang sih) Gue sedih dan pilu karena artis kesayangan gue akan segela menikah.

Iya sih terus kenapa? Ya nggak apa-apa sih sebenernya hahahahaha.

Semoga langgeng ya Abang :">

Tetiba grup Abstrak rame. Gue kira ada kabar cetar membahana apaan. eh pas diliat ternyata Ocha ngirim foto yang gue upload di instagram dan bertanya pada anggota grup lainnya (yaitu Tari sama Michelle) "UDAH PADALIAT INSTAGRAMNYA DEWI? DIA NGEPOST INI NIIIIHHHH"

Foto apaan sih? Mau tau banget deh.

Foto tersebut adalah foto skandal artis masa kini foto cantik gue foto karung beras di gudang bulog foto sebuah cover buku yang judulnya "ARGH DI MANA JODOHKU?"

Langsung gempar seisi grup. Gue cuma sanggup meh. Pantesan aja Tari ngomen di IG "Sini Dew makanya ke Palembang." Ocha juga pake acara "DEW SINI MASNYA DI PALEMBANG DEW"

....teman-teman gue. Sulit sekali move-on dari gosip. Hahahahaha.

Btw, ini buku yang gue maksud

Seorang teman gue memutuskan untuk keluar dari kampus. Katanya dia ngerasa nggak sreg sama kampus, dan ngerasa banyak yang bisa dia dapet di luar sana. Dia memutuskan untuk mengundurkan diri, kemudian katanya mau bikin usaha dan mengejar apa yang menjadi passion  dia. .

Menurut gue sebuah keputusan yang berani untuk lo keluar dari pendidikan formal setelah dua tahun dan merasa tidak mendapatkan apa-apa. Tulisan teman gue di sebuah blog tentang bagaimana ia merasakan dua tahun di dalam kampus cukup membuat gue berpikir. Selama ini gue cuma duduk diem haha hehe kuliah otak kosong. Sampe sekarang gue juga nggak tau apa-apa lah tentang kuliah ini. Kalo kagak karena ketertarikan gue sama pengmas, desmit, USAID, socio-engineering design, dan air bersih, gue beneran cuma numpang nyampah di kampus. 

Teman gue ini tidak masuk ke jurusan yang dia inginkan. Gue tidak akan men-judge ini salah dia atau salah siapa, nggak usah dibahas dan itu bukan urusan gue sebenernya, tapi gue mengerti kok. Gue mengerti rasa ke-putus-asa-an dan ke-tidak-senang-an nya. Mungkin segalanya jadi tidak menarik buat teman gue ini, dan dia memutuskan untuk udahlah ngapain dilanjutin lagi. Tapi gue juga ngerti kekhawatiran dan kecemasan orang tuanya. Mindset kalo sekarang pendidikan tinggi bukan sekedar perlu tapi harus,gue mengerti. Pasti butuh waktu lama untuk kedua belah pihak sama-sama setuju dengan keputusan yang lumayan berat ini.

Gue pernah ada di posisi itu, sekali, dan udahlah, sekali aja. Gue bisa liat orang tua gue kecewanya kayak apa. Gue akui waktu itu gue egois, dan sadar atau tidak, sesungguhnya teman gue ini pun bisa dibilang egois. Itu pilihan dia. Daripada dilanjutin malah makin nggak jelas kuliahnya, mendingan berhenti sekarang, gitu mungkin pemikirannya. Iya, gue yakin orangtuanya juga sebenernya setuju, tapi kekecewaan itu tetap ada. 

Karena kamu hidup untuk dirimu sendiri, tapi bekal pendidikan adalah mutlak tanggung jawab orangtuamu, dulu orang tua gue pernah bilang begitu.

Tapi sekali lagi, gue menghargai keputusan teman gue untuk mundur. Keputusan yang berani dan semoga membawa pada jalan kesuksesan. Amin.

Udah dari jaman kapan tau gue sama Anche berniat untuk nonton Pasific Rim bersama. Ceritanya doi sirik dan minta jatah gara-gara gue nonton Despicale Me dan Monster Univ sama Dana. Ya udah, akhirnya gue menjanjikan untuk nonton Pasific Rim sama dia, dan Lone Ranger sama Dana. (Berasa orang penting gini bikin janji sana sini) Berhubung minggu ini dia wisuda dan gue mendadak pengen wisuda juga bakalan memberi dia, Feli, Usuy (yang juga wisuda minggu ini) kado, maka gue harus hemat. Anche juga ceritanya mau irit soalnya bokek mesti nyalon buat wisuda. Walhadil kami memutuskan untuk nonton di Braga aja. Murah ceunah, 15 rebu ajah sodara-sodara. #promosi

Maka berangkatlah kami dari rumah masing-masing dan janjian di Braga jam 11. Karena macet, hujan, nyasar, pokoknya kami baru sampe Braga jam setengah 12 daaaaaaaan... mendapati kenyataan kalo Braga renov. Sedih. Marah. Kecewa. Murka. Cetar membahana. Pokoknya kami kesel (karena gagal ngirit) terus akhirnya memutuskan buat pindah bioskop. Dengan pertimbangan akses yang mudah dan biaya nonton yang lebih murah, kami memilih capcus ke PVJ. 

Dari Braga tinggal naik angkot sekali doang, angkot Sukajadi. Sayangnya, kayaknya angkot ini trayeknya keliling Bandung deh. Lamaaaaaaaaaaaaa banget baru nyampe. Pokoknya kami baru sampe PVJ jam 1. (tuh lama kan. Padahal mamangnya udah motong jalan loh -_-) Terus udah aja ya kita nonton Pacific Rim. Kelar nonton baru deh cari kado buat teman-teman yang diwisuda dan ulang tahun. 

Tadinya gue berniat nyusul ke acara bukber Skardhiv, tapi apa daya maaf banget udah kesorean dan belom dapet kado, makanya gue lanjut nyari kado :(( terus mendadak udah magrib aja. Ya udah deh kami cus ke supermarket dan beli air putih terus makan di AW. (Padahal yang puasa cuma gue hahahahaha)

Karena kadonya masih belom nemu, kami memutuskan buat keliling lagi abis solat maghrib. Semua Mas sama Mbak SPG dan SPB kayaknya udah males nawarin kami buat masuk ke tokonya saking udah ada kali kami ngelilingin toko di sana lebih dari lima kali. Mungkin mereka bakalan saling berbisik satu sama lain "Eh eh aku kok kayak de javu ya, perasaan pernah lihat dua remaja cantik barusan." yang akan diaminin oleh rekan-rekan gosipnya. 

Pas lagi ngider asoy itulah gue dan Anche, selain ketemu sama Jona si teman kuliah kami juga bertemu dengan dua sosok manusia yang wajahnya tidak asing lagi. (akrab bener) Sepasang kekasih, artis, bergandengan tangan. Mendadak si cewek masuk ke sebuah toko, sedangkan si cowok nunggu di luar. Kemudian gue sama Anche mulai bercakap-cakap.

Me : Che, eta si j*pe jeung ga*ton lain?

Anche : Iya siah Wi mirip.

Anche : Apa mirip doang?

Me : Ngga tau Che tapi da mirip bla bla bla bla bla 

Anche : bla bla bla bla bla (percakapan dengan bla bla bla adalah percakapan tersensor)

Me : Apa kita balik lagi Che buat mastiin itu mereka apa bukan?

Anche : Iya sih bisa ah tapi malu nya Wi kalo ujug-ujug balik kanan gitu.

Me : Nya geus atuh urang muter heula di hareup bari neangan kuteks.

Anche : Enya kalo kita beruntung kita bisa bertemu mereka.

Me : Oh jadi definisi beruntung menurut kamu itu ketemu mereka ya Che?

Ya udah, nggak usah dibahas lebih lanjut.

Terus kami muter-muter daaaaan pas kami jalan, kami ketemu lagi sama mereka. Masih nggak yakin sih itu si artis itu apa bukan. Tapi mukanya mirip. Akhirnya gue tanya sama Anche yang pernah foto bareng sama J*pe pas pembukaan produk ayam goreng si J*pe depan kampusnya.

Me : Eta lain Che?

Anche : Iya kayanya mah.

Me : Kayanya iya deh soalnya semua SPG toko keluar terus ngeliatin mereka sambil gosip ketawa-ketawa.

Anche : Oh heueuh nya bener oge.

Jadi kesimpulan dari jalan-jalan hari ini adalah :

1. Braga City Walk lagi renov guys :(

2. PVJ sering disambangin artis

3. Pacific Rim keren

4. Gue sakit badan (Nggak nyamung)

Btw tadi di PVJ gue sama Anche liat ada dua ekor merpati nongkrong deket eskalator. Sayang banget nggak sempet foto, keburu ilang merpatinya :(

Naaaaah, akhirnya setelah menghabiskan 35 ribu dan 28 koin, kami berniat pulang. Sayangnya niat tersebut sirna ketika melihat, mari kita sebut sama-sama... Ace Hardware. Sekali lagi, Ace Hardware. Sekali lagi ah, biar dramatis.

Ace... Hardware...

Terus aja kita masuk kesana. Liat-liat lampu, terus liat-liat peralatan kemping, liat-liat sepeda, dan yang paling katro adalah liat-liat stop kontak yang banyak, warnanya macem-macem, dan pencetannya enak. Iya, kita nyoba mencet-mencet. Akibat habis karaoke Papa Rock n Roll, tiap ngeliat barang bagus, Ghina langsung nyanyi "Papa nggak pulang, beybeh, papa nggak bawa uang beybeh, nggak apa asal uangnya dikirim, nggak apa asal beliin iniiii".

Iya, udah makin ngaco emang gara-gara udah jam 8 malem. 

Akhirnya selesai makan dan sholat kami langsung bergerak cepat menuju Game Master. Saking kalapnya kami beli koin sampe 20 biji. 

Habis itu kami main game yang ambil-ambil boneka. Karena (lagi-lagi) kami cupu makspol level dewa Allahuakbar, kami cuma bisa mendapatkan ini :

Habis itu baru deh gue main permainan favorit : BASKETTTT!!! Gue sama Dhika main berdua sampe stage 2. Sayang banget karena gue yang maen jadi nggak ada fotonya.Lanjut main lempar-lempar koin di KingKong, dan akhirnya dapet 9 tiket yuuuhuuuu!

Karaokenya pake skor gitu, tapi anehnya semua skornya 69. #bingung

Selesai karaoke yang hebohnya ngalahin lomba tujuh belasan, akhirnya kami main sejenis DDR tapi mainnya pake jari terus kotaknya ada enam belas. Pake lagu gitu juga, aduh nama maenannya apa ya. Pokoknya satuorang kebagian jagain enam kotak, nanti ada teks yang nongol terus dipencet. Kami langsung ngautis dan berjuang sekuat tenaga mainin itu berempat. Eh nggak taunya abis kami main ada mbak-mbak main begituan sendirian, terus perfect-perfect terus. Padahal dia udah diganggu-ganggu gitu dijailin sama temennya. Mendadak kami berempat merasa cupu maksimum. Tapi nggak apa-apa lah, yang penting bahagia. Abis itu buat ngabisi koin, kami main pukul-pukulan lagi. Daaaaan total secara keseluruhan main kami mendapatkan 32 tiket yeaaaaayyy...

Diiringi dengan amarah dan sumpah jerapah serapah kalau gue akan mengambil banyak foto dalam buka bareng ini serta memasukkan ke dalam blog, kami naik angkot Panghegar-Dipatiukur ke Baltos. Sebelumnya sempat ada perdebatan singkat tentang bagaimana cara pergi ke Baltos. 

Dhika : Jalan

Gue dan Yara : Naik angkot panghegar.

Cewek-cewek menang. 

Pasang backsound Girls Who Run The World.

Singkat cerita kita sampe di deket Baltos setelah membayar ongkos angkot berupa recehan seharga 2000 rupiah perorang (karena di pintunya ditulis "DEKAT : 2000" terus kami syok dan cepet-cepet nambahin gopek ke ongkos) kami sampai di sebrang Baltos. Kegalauan mulai melanda. Kami bingung mau makan di mana. Tadinya Dhika pengen bebek boro, tapi seperti sudah kita ketahui bersama-sama, bebek boro di hari biasa aja ngantrinya bisa kayak antrian dana BLT, apalagi di bulan puasa, makanya kita berniat cari bebek deket Baltos. Ada sih bebek garang, tapi konon katnaya pedes, jadi aja kita nyebrang dan memutuskan kalo akan makan di The Kiosk. Dalam perjalanan menuju The Kiosk Syamsul SMS gue dan bertanya jadinya buka di mana, yang gue jawab akan dikabari lagi nanti soalnya belom tau akan di mana. Sempet kedistraksi juga pas ke The Kiosk, soalnya ternyata di Baltos ada Game Master. 

Yah maafin deh kita emang suka salah fokus.

Ternyata seperti yang sudah bisa diramalkan sebelum suku Maya meramalkan kiamat-kiamatan itu, The Kiosk penuh sodara-sodara. Tadinya kami bertiga berniat botram alias piknik di pinggir kolam air terjun yang ada di dalem The Kiosk Baltos, tapi kami nggak mau ntar tiba-tiba makanan kami jadi berkuah berlebihan. Maka kami memutuskan keluar dan mulai berpikir keras soal alternatif tempat makan.

"Makan di Tong-Tong aja apa?"

Tong Tong adalah tempat makan yang bersebelahan sama Hokben. Makanannya lumayan enak dengan porsi banyak dan harga lumayan terjangkau. AKhirnya kami memilih untuk makan di sana, dan duduk dekat dapur. Entah kenapa milihnya duduk dekat sana, mungkin biar bisa ngintip mas-mas yang lagi masak. Di sini kita dapet free tajil gitu kan. Nah, karena berpikir Syamsul akan nyusul, kami bilang ke masnya kalo kami berempat. Daaaaan eng ing eng Syamsul nggak jadi nyusul.

Seperti yang sudah pernah gue post di sini, maka sebagai realisasi dari ajakan Dhika untuk berbuka puasa, gue ngajakin orang satu kelurahan buat buka bareng. Biar nggak wacana ceunah, habisnya gue bosan diwacanakan terus (?) Setelah ajak sana sini dapetlah peserta buka bareng sebagai berikut : Dhika, gue, Yara, Faza, Jona, Armand. Udah ngajakin Bu Kenny sama Bowo juga, ternyata mereka masih KP. Pas ngehubungin Syamsul dia bilang diusahakan soalnya hari sabtu mau ada forsil fiksasi hari H dan opclos. Yaudah deh jadinya sementara berenam dulu aja. Terus pas lagi nyalon di memori gue ketemu sama Ghina. Dia bilang ada buka bareng, tapi pengen diusahain nyusul.

Di hari H, Faza SMS : "Budew nenek aku sakit nggak bisa ikut." Yaudah kan ya, apa mau dikata, orang neneknya sakit. Hiks. Semoga cepet sembuh ya neneknya pacul :"*

Berarti peserta buka bareng berkurang menjadi gue, Dhika, Yara, Jona, Armand. Lanjut, kita nebeng kumpul opclos, ngerusuhin, ngetawain warna kaos yang ijo nyala glow in the dark, sampai akhirnya kumpulnya bubar dan yang tersisa tinggal gue, Dhika, Yara, Syamsul, Wisnu, Masyi, Karin, Roni. Dhika tidur-tiduran. Gue menghubungi Jona. Yara mulai menggoda Roni. Roni nggak mau ikut ukber, trauma ada Yara. Ya ampun dek kamu takut diapain sama tante Yara sih? Masyi nggak bisa, Karin mau buka di rumah, Roni sama Wisnu nggak pengen ikut, Syamsul galau karena nggak punya duit dan ngajak buka bareng di Salman.

Tinggal nunggu Armand. Ada Whatsapp masuk ke hape gue. Dari Armand.

"Dew, TVST yang mana ya?"

Mas, denger-denger anak ITB tingkat 3, masa nggak tau TVST di mana -_- Kalah amat sama TPB baru masuk kemaren sore. 

Akhirnya Armand sampe ke TVST dengan selamat. Alhamdulillah. Berarti tinggal nunggu Jona lalu berangkat. Setelah 2 ratus juta tahun cahaya menunggu Jona yang tak kunjung datang dan tak kunjung balas SMS serta BBM, Dhika mendadak guling-guling kayak kambing guling (atau dhika guling?) dan nanya mau pergi kapan. Ya kita bilang aja tinggal nunggu Jona.

"Loh Jona nggak jadi ikut."

Gue, Yara, dan Armand langsung syok. Kita melotot dan berteriak lebay.

"APAAAAHHHH?!?!?!?!?!?!?!?!?!?!?"

Kamera zoom in zoom out ke mata yang menyipit, shoot close up.

"Iya tadi dia nge-Line." 

Karena sering ditipu dan di-PHP in lelaki sama orang, gue nggak lantas percaya. Gue ambil hapenya dan membaca line dari Jona daaaaaannn, ternyata bener lah kalo Jona lupa dia udah ada janji duluan sama temennya. Kecewa berat gue. Nggak paham. Kemudian akhirnya diputuskanlah kami akan buka bareng di Baltos karena deket dan lumayan banyak pilihan. Tempat makan di luar baltos juga lumayan banyak, jadi kalo penuh ada tempat lain yang bisa disambangi. Syamsul kemudian bilang nanti dia akan nyusul, tapi gue nggak yakin-yakin amat soalnya dia terlihat stres dan bokek dan memelas. (Apa hubungannya ya btw? ya udah lah anggep aja ada korelasinya) Akhirnya gue, Dhika, Yara, dan Armand jalan ke depan.

"Ini serius berempat banget? Ah nggak rame ah gue mager kalo cuma sedikitan. Kalo ramean gue mau." Armand mulai protes. Gue melotot, Armand melipir, khawatir gue botakin kepalanya.

"Segini juga rame." Kata Dhika, kemudian menunjuk dirinya, Armand, Yara, sambil ngitung, "Satu, dua, tiga," Kemudian nunjuk gue, melanjutkan hitungan "empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh"

Dewi memasang muka jutek. Yang lain kocar-kacir takut dilempar ke Alaska. 

"Duh, ada temen gue. Nggak enak nih. Gue ke temen gue aja ya. Kalo berenam gue mau deh ikut."

"ARMANDOOOOOO JANGAN PERGIIIIII!!!"

Dewi menggapai-gapai Armand layaknya gadis remaja yang sedang nyetop angkot di gerbang SBM. Sayang sekali Armand, seperti mamang angkot yang kuota angkotnya sudah maksimum hanya ngacangin si gadis remaja dan berpaling menjauh.

Terus gue kecewa karena Armand ngacir gitu aja. Dhika masuk ke ATM, terus disusul Yara. Pas Yara keluar, entah kenapa wajahynya terlihat bahagia. Dia ketawa-ketawa kayak orang gila, Terus doi teriak heboh plus girang.

"Teman-teman tau nggaaaaak gue nemu apaaa?"

"Apa?" Gue sama Dhika melirik bingung.

"KTM GUE YANG ILANG KETEMU GUYYYSSSSS. GUE NGGAK USAH KE ANNEX NGURUS KTM BARU!"

"Lah ketemu di mana?" Gue yang sedari kemaren nganter dia ngurus surat ke satpam dan TU kaget juga. Muncullah teori-teori di otak gue, mulai dari KTM-nya ketinggalan di ATM, sampe tiba-tiba ada mas-mas yang nemuin KTM-nya Yara, ngasihin, terus jatuh cinta, dan kisah mereka diangkat ke layar FTV berjudul Jodohku Kepincut Foto KTM.

Tau apa jawaban YAra?

"Di dompet."

Gw dan Dhika : "askghnejraldjaksgd alf sdloxmcslcwsrmcwtwc;awem"

Ya, maka, sore itu, jam 5 sore kami bertiga memulai petualangan di Baltos. 

jreng jreeeeeng.

Karena sudah pernah janjian mau buka bareng dan maunya masak-masak bukan makan di luar, maka kemaren gw, Sitmar, dan Yara pun sepakat buat masak bareng. Terus Azza join dan akhirnya taadaa kami berempat masak-masak di kosan sitmar. Kita bikin 3 macem main course, dengan dessert nata de coco feat campolay (asik banget dah bahasanya)

1. Sayur bening bayam

Andrea Gison - Photograph

I wish I was a photograph

Saat lagi pusing, lagi suntuk, lagi marah, lagi bete, lagi kesel, lagi pengen matahin pintu jadi 12 potong, lagi bad mood, lagi penat, dan lagi-lagi yang lain yang males kalo disebutin semua, selalu ada satu orang untuk didatengin dan dirusuhin. Cuma ketemu. Ketemu doang, liat mukanya, kemudian bisa ketawa dan haha hehe lagi. Nggak ada rahasia yang bisa disembunyiin. Nggak ada keburukan yang bisa ditutupin, dan kebaikan selalu mengalir deras ke dia. Saling mendukung, saling membantu, tapi saling menampar kalo udah tau apa yang dilakukan salah. Saling mendorong dan mendewasakan, supaya jadi berani, nggak pengecut dan nggak kabur-kaburan. Sudah melalui banyak hal bersama, mulai dari main bareng, makan bareng, nonton bareng, nangisin teman dan famili yang meninggal, menjadi winkman, saling menolong saat pdkt, memberi saran-saran goblok soal keuangan dan perkuliahan, dan yang paling parah menipu orang. Dari duduk bareng bertukar cerita, dari mengunyah sushi sampai saling memberi rokok gratis, dari meminum air putih hingga koktail, dari remaja labil beremosi meledak-ledak sampai jadi manusia logis nggak punya hati, kami selalu bersama. Kalau orang lain bisa kena masalah satu kali sehari, kami bisa punya lebih dari lima masalah sehari yang terus terjadi selama berbulan-bulan. Masalah-masalah yang nggak pernah dibuka di depan umum, yang hanya kami simpan untuk berdua, karena kami tau, terlalu nggak manusiawi membiarkan orang lain tetiba ikutan kaget melongo dan pusing setelah tau tingkatan akut dari masalah tersebut. Kami mengalami dan menjalaninya berdua. Kami jadi kuat dan dewasa. Maka setelah berpisah tempat kuliahpun, ada masalah mulai dari segede upil sampe sebesar matahari, kami selalu bagi beban berdua. Setidaknya bisa cerita dan jadi sedikit plong.

Maka ketika masalah menghampiri, kami tahu kami harus kemana.

Tidak cuma saat masalah mampir. Saat senang mampir pun, kami tahu harus kemana :)