Love in The Time of Corona
16.34Opung Gabriel Garcia Marquez selalu brilian dalam membuat judul bukunya. Dua yang paling gue suka adalah One Hundred Years of Solitude dan Love in The Time of Cholera.
Di masa pandemi ini, Love in The Time of Cholera agaknya bisa berubah menjadi Love in The Time of Corona.
Pandemi mengubah segala hal, termasuk cara mencari pasangan. Untuk orang macem gue yang sangat suka berinteraksi langsung dengan orang, screening dan PDKT offline, tentu masa-masa #dirumahaja macem sekarang sangat menyulitkan gue mencari cowok. Beda dengan beberapa orang rekan yang mengandalkan dating apps untuk menemukan pasangan, gue bukan tipe orang yang bisa jol ikrib sama orang di jagat maya tanpa tau banyak hal tentangnya.
Dua minggu terakhir, gue sedang dalam masa pemulihan. Gue masih berusaha mencerna ada apa kisah cinta gue kok gini amat. Tapi gue tahu, gue nggak mungkin begini terus. Mikir salah di mana, kenapa begini, atau bahkan skenario what if what if yang ribet. Akhirnya, setelah konsul sana-sini, gue memberanikan diri main dating apps. Bukan untuk sesuatu yang serius. Gue... berniat untuk membuka mata gue terhadap dunia luar aja.
Ya gitu ngerti kan maksudnya? Ngerti lah ya.
"Anjir," Komentar Dana begitu gue cerita kalo gue akhirnya maen dating apps. "Seorang Dewi, main dating apps? Gila ini mah udah keajaiban dunia banget. Kalo lo aja bisa maen dating apps, bukan nggak mungkin gue besok bisa punya dua cewek sekaligus."
KORELASINYA DI MANA JAENUDIN?
Oke. Akhirnya gue main dating apps. Sejauh ini... ya gitu aja sih. Seru, menemukan teman ngobrol. Mungkin karena gue juga nggak niat nyari apa-apa sih. Gue hanya butuh berinteraksi sama manusia.
Tapi gue bangga sama diri sendiri karena berani mencoba. Iya, ga penting ya.
Pokoknya semoga corona udahan. Gue pusing gabisa ketemu orang. Sekian.
0 komentar