Akun Tersebut
08.45
Mungkin bahasan kali ini nggak akan terlalu menarik. Jadi sediakan popcorn lebih banyak, soda lebih banyak, dan gummy bear lebih banyak supaya nggak bosen pas bacanya. *berasa ada yang baca aja ini blog*
Banyak sekali akun socmed yang tidak menyertakan identitas jelas dari pemiliknya, dan melayangkan protes akan beberapa hal di kampus gue. Orang-orang bilang ini akun anonim. (Selanjutnya akan gue sebut akun tersebut, karena gue sendiri nggak setuju dengan sebutan anonim. Mereka punya nama kok.)
Nah, akun-akun tersebut melayangkan protes. Mahasiswa yang terlalu cuek, mahasiswa yang selalu buat masalah, mahasiswa yang sombong. Begitulah.
Banyak yang terpancing, balik protes, marah-marah.
Ada satu akun tersebut yang menurut gue bener-bener bikin jengkel level infinity sampe rasanya kalo ketemu adminnya bisa gue cekek sambil gue lelepin di kolam ganesha. Si akun tersebut terus memprotes, membuat sesuatu yang mereka deklarasikan, mengancam, dan ya begitulah. Ceritanya mereka memberi kritik, dan gue sangat senang terhadap orang yang memberi kritik.
Tapi sekarang, seandainya gue menjadi orang yang akun tersebut kritik, gue bakal mengabaikan.
Kenapa?
Ada beberapa alasan.
Yang pertama, gue nggak suka sesuatu disampaikan lewat media maya. Gesturenya nggak kebaca. Gue nggak bisa tahu lo beneran ngasih saran, nyerang, mau bunuh gue, naksir gue, ingin mengambil untung dari gue, atau gimana.
Yang kedua, kalo hal yang dikritik merupakan sesuatu yang penting dan mendasar (pernah akun tersebut mengkritik arah gerak mahasiswa yang udah nggak jelas lagi) yaudah kenapa nggak bikin diskusi aja, atau datengin personal ke orang-orang yang berpengaruh. Mereka juga pasti seneng kok kalo ada yang berkeluh kesan dan menyampaikan saran demi kebaikan, asal ngomongnya juga baik-baik. Dengan diskusi, sudut pandang lo dan sudut pandang doi bisa keliatan. Alur kenapa bisa muncul pemikiran kayak gitu ya jadi lebih jelas aja gitu. Jadinya nggak saling serang debat kusir syalala kan kalo ngerti sudut pandang orang lain kayak apa.
Yang ketiga, gue sih nggak suka tiba2 dikritik sama orang nggak tau siapa.
Hm... seandainya nih seandainya ya, admin akun tersebut cukup sabar dan mau mencoba menanamkan pemahaman mereka yang bagus itu dengan cara mempengaruhi orang orang di sekitarnya dengan pendekatan personal yang lebih halus misalnya, atau dengan obrolan-obrolan ringan yang diolah sedemikian rupa sehingga agak lebih mirip hm... sebut saja lah "cuci otak", menurut gue hasilnya akan jauh lebih baik dan akan lebih terlihat. Mungkin akan capek, karena prosesnya bakalan lama. Tapi menurut gue hasilnya akan lebih menggembirakan kok daripada berantem nggak jelas di timeline.
Menurut gue sih gitu. Menurut gue ya.
Oh ya, dan satu lagi, si akun tersebut memposisikan orang-orang yang tidak sepaham dengan dia adalah musuh. Ya kata gue sih (lagi-lagi kata gue) kalo mikirnya masih gitu, sampe kiamat tujuh kali juga orang nggak bakalan mau dengerin dia.
Gimana caranya biar omongan akun tersebut didengarkan?
Anggaplah orang-orang yang berseberangan dengan akun tersebut adalah teman.
Nggak mau?
Yaudah, jangan ngarep keadaan kampus bakal lebih baik.
0 komentar