Kapan?

00.33

Di dunia ini, ada dua orang yang kayaknya sangat tidak tahan melihat gue single, seakan-akan mereka bakalan mati kehabisan oksigen mendapati kenyataan kalau gue belum punya pasangan. Mereka adalah Dana, dan Anche.

Kita mulai dengan Dana.
Lebih tua seminggu (ya atau berapa hari) dari gue membuat gue dan Dana punya banyak kesamaan, baik dari selera musik, becandaan, makanan (sama-sama suka makan apa aja maksudnya), dan juga sifat. Kecuali bagian Dana bisa tidur 24 jam full (bahkan lebih). Gue tidur 10 jam aja pusing. Oh iya, jadi inget. Pernah suatu hari gue, Dana, dan beberapa teman lain ada janji, dan Dana susah dihubungin. Ternyata hapenya mati dan dia ketiduran...entah berapa lama. yang jelas ketika dia bangun, dia sudah melewatkan ... mungkin sekitar 2 dekade.

Tiap kali gue ngobrol sama Dana, pertanyaan pertama yang akan dia tanyakan adalah "Kapan, Dew?"
Kalo orang lain yang nanya, kapan adalah sebuah kata tanya yang lumrah. Kapan ketemu, kapan main, kapan makan, kapan tidur, kapan jualan opak, kapan nonton FTV, kapan koprol sampe Bunaken, dan lain-lain. Tapi, ketik seorang Dana yang nanya, kapan cuma punya satu (atau dua) kata lanjutan, yaitu "Kapan nyusul, Dew?"

Dew, adalah panggilan gue, dan itu opsional. Iya, kita nggak bakalan bahas itu, tapi coba kita analisis makna dari pertanyaan tersebut.

Jaman dahulu kala, ketika Dinosaurus masih setinggi monas dan leher jerapah masih pendek, gue, Dana, dan beberapa orang teman lainnya adalah sobi galau. Kami jomblo, kami mengeluh kami jomblo, dan kami curhat kami jomblo, kami berusaha mengakhiri kejombloan daaan, kutukan kejombloan tersebut perlahan terkikis. Seorang teman punya pacar. Seorang teman yang lain juga punya pacar. 2 orang member sobi galau tidak jomblo lagi. Seorang teman kemudian dekat dengan mantannya. Yang tersisa gue dan Dana, lalu ENG ING ENG. Dana jadian.

Iya, yang nyisa tinggal gue.

Kemudian satu persatu sobi galau putus, termasuk Dana. Tapi Dana balik lagi. Dan putus lagi, Dan balik lagi, Dan putus lagi. Dan balik lagi. Ulang terus sampe bosen. Tapi pada akhirnya, Dana dan ceweknya langgeng kok. Mereka hampir setahun sekarang.

Makanya, tiap kali gue ngobrol sama Dana, pertanyaan yang pasti akan selalu ia tanyakan adalah "Kaan Dew? Kapan nyusul? Jadi kapan? Oh gue kira lo nge-chat gue mau ngabarin kalo lo udah punya pacar. Jadi kapan? Kapan jadian? Kapan nyusul? Sekarang lagi deket sama yang mana? Jadi sama yang mana? Kapan nyusul, beneran gue nanya kapan nyusul?" Dan begitu terus sampe beres, kecuali gue menceritakan sesuatu yang membuat dia nggak bisa nanya kapan nyusul.

Lanjut, Satunya lagi. Anche
Dia kakak, teman, mama, tante, oma, complete stranger, bayangan, Mbak-Mbak judes, sobat yang ada kapan pun lo butuh, tukang party, anak sholehah, dia segalanya yang ada di muka bumi, dijadiin satu. Dan gue nggak bisa bohong barang seupil sama doi. 

Sama seperti Dana (ya, mereka udah pernah ketemu, dan setelahnya Dana nge-BBM "Gue kira yang selama ini lo ceritain itu cowok.") Anche juga kayaknya orang yang bakalan mati kaku seperti mumi kalo gue bilang gue masih single.

"BOHOOOOOOOOOOONG? IRAHA JADIAN? IRAHA JADIAN?"

Setiap kali gue bilang belom, dia akan bertanya "Kapan atuh? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan? kapan?"

Kayak kemaren, begitu gue SMS dan bilang "Aku ada cerita lhoooo.", beginilah reaksinya : "OH IYA? CIYEEEEEEE. TRAKTIRAN ATUH. JADIAN KAN INI TEH? JADIAN KAN IYA KAN?", dan begitu gue bilang bukan. "Ah teu rame. aku ga jadi ke rumah kamu ya."

FYI, dia beneran nggak jadi ke rumah gue.

Anche selalu bilang sejak dulu, kalo "Gue tau lo bakalan punya pacar langsung setelah masuk kuliah.". Dua tahun kuliah di ITB, tidak terjadi apa-apa. (Sesuatu yang terjadi antara gue dan seorang teman beberapa waktu yang lalu nggak masuk hitungan). 
***
Gue bukan orang yang lumayan peduli sama cinta-cintaan macem gini. Gue males, kecuali emang ada yang bener-bener cocok dan gue serta orang tersebut emang bener-bener berusaha buat menjalani hal tersebut dengan senang hati.

Buat gue, punya dua temen macem gini (tiga sih, sama Yara yang selalu berkata kebalikan dari mereka berdua "Coba tanya sama diri lo sendiri, lo segitunya pengen punya pacar nggak?" yang selalu gue jawab "Nggak") sudah lebih dari cukup dari seorang pacar.

Pada suatu hari yang tepat nanti, kami akan menjalani hidup masing-masing, dengan orang yang tepat. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan :)

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images