Romantis Itu...
07.35
Di sini gue tidak akan membahas rokok, manisan, dan tisu. Gue benar-benar akan membahas romantis.
Apa itu romantis? Coba kita tanyakan dulu pada sahabat gue, KBBI offline.
ro·man·tis a bersifat spt dl cerita roman (percintaan); bersifat mesra; mengasyikkan;
Jadi romantis menyangkut percintaan, mesra dan mengasyikkan.
Kalo lo tanya satu-satu tiap orang yang lewat di depan Balubur tentang romantis menurut mereka, akan ada 583047503837620 jawaban berbeda. Orang yang satu mungkin akan bilang duduk malem-malem sambil minum teh berdua di kebun sambil lihat bulan kayak di iklan Sariwangi adalah hal romantis. Orang yang lain akan bilang bahwa dinner di tempat yang bagus, mahal, dan pake lilin itu romantis. Orang yang lain lagi bakal bilang liburan berdua ke Burkinafaso adalah hal terromantis dalam hidupnya.
Buat gue sendiri, melihat bulan bukanlah sesuatu yang romantis. Bukannya apa-apa, bulan di rumah gue cuma bisa dilihat dengan jelas dan indah dari balik jendela WC. Halaman rumah gue aja nggak bisa memberikan pemandangan bulan yang lebih indah jika dibandingkan dengan jendela WC. Lalu dinner di tempat bagus dan mahal, pake lilin. Lumayan romantis, asal tujuan pasang lilin bukan buat ngusir lalat. Liburan berdua ke luar negri? Kalo romantisme bisa didapatkan dari berenang di pantai, menyelam, ke museum, atau ke amusement park, berarti nggak ada masalah.
Gue pernah iseng berbagi sebuah tulisan tentang dua orang yang baru pacaran kepada seorang teman. Salah satu bagian tulisan ini berkisah tentang si cowok melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan, yang menurut si cewek sangat romantis.
Aku naik ke atas delman sambil menahan tawa. Seumur hidup aku memang belum pernah naik delman, tapi aku tidak menyangka jika pengalaman pertamaku naik delman akan seaneh ini. Aku hanya membayangkan suatu saat aku akan ke Lembang atau Gunung Batu kemudian menyewa delman dan pergi ke suatu tempat. Yah, seperti orang akan naik delman pada umumnya. Tapi sekarang, aku malah ada di kosan, sedang berulang tahun, kemudian bocah ini membangunkanku tengah malam, kemudian aku membuka jendela kamar dan mendapati ada delman parkir depan kamarku, dan kami naik delman.“Ayo nggak usah takut. Kudanya nggak gigit kok. Liat tuh, senyumnya aja manis.”Sepertinya senyum kuda di mana-mana sama.“Kita kemana Neng?” Kata si Kusir. Aku menatap Rezka. Rezka balik menatapku. Sepertinya dia juga menyewa delman tanpa tahu kemana harus pergi.“Kemana?”Bahuku naik. Aku tidak tahu.“Keliling-keliling sini aja gimana?”Rezka setuju. Walhasil jam setengah satu dini hari kami berkeliling komplek sampai beberapa putaran. Kalau ada yang sedang ronda dan memergoki kami naik delman, bisa disangka makhluk halus.“Kamu seneng?”Seharusnya dia tahu jawaban dari pertanyaannya. Tanpa dia mendatangkan delman –entah dari mana- ini pun aku sudah senang.“Seneng nggak? Diem aja kayak patung Gajah Mati.”“Ya seneng lah, pake nanya. Bego lu.” Sambil membetulkan letak kerah jaketku yang bergeser, aku memandangi langit.
Lalu si teman bertanya pada gue "Jadi ini romantis menurut lo?"
"Ya, kenapa?"
"Nggak." Dia tertawa. "Ciye. Romantisnya naik delman. Ngarep diginiin ya?"
Ya, jawab gue waktu itu. Sayangnya gue nggak pernah dapet perlakuan romantis macem ini. Tapi sebulan setelahnya, ada romantis versi lain yang diberikan si teman buat gue. Romantis yang biasa dilakukan orang-orang lain. Romantis yang generic. Romantis yang biasa aja.
Tapi setelah diromantisin hari itu, gue jadi mikir. Sebenarnya bukan seperti apa romantis yang kamu ingin. Sebenarnya siapa yang ngeromantisin. Mau romantis maksimum level dewa kalo lo nggak suka sama yang ngeromantisin ya udah, cuma ekspresi datar yang bakal nongol di muka lo. Tapi begitu lo sayang sama orangnya, mau seancur apapun, lo bakal mikir itu romantis.
Jadi, menurut gue, romantis itu... apapun, asal sama kamu <3
0 komentar