Tuhan Memang Satu, Kita Yang Tak Sama
08.39
Kayaknya gue terkena sindrom malam minggu : mellow, gallau, fullo, chittatto, dan sebagainya dan sebagainya.
Sebenarnya gue lagi tenang-tenangnya hidup di dunia fana yang indah ini, sampai kemudian negara api menyerang dan hanya avatar yang bisa menyatukannya. Sayang sekali, ia menghilang.
Seorang, ehm, bukan, beberapa orang (ya, sekitar 3 orang) mengadu tentang nasib percintaan mereka pada gue, manusia yang rimba percintaannya aja belum jelas akan bermuara kemana. Kalo gue ini jadi GPS, gue adalah GPS berbahasa negara tetangga yang menyuruh orang lain pusing kanan pusing kiri sementara gue pusing sendiri. Intinya gue ngasih ide langkah apa yang harus teman-teman gue lakukan, tapi gue sendiri masih stuck.
Lalu di tengah mendengarkan cerita kegalauan malam minggu ramadhan ini, gue iseng-iseng ngepoin beberapa orang teman. Wah ternyata ada teman gue yang baru jadian. Alhamdulillah. Lalu ada juga teman gue yang ternyata baru putus beberapa bulan lalu. Karena berprinsip kalo ngepo nggak boleh nanggung, maka jadilah gue terjebak ngepo mantannya teman gue tersebut.
Betapa kagetnya gue ketika mendapati ternyata teman gue dan mantannya berbeda keyakinan. Sedih.
Katanya perasaan cinta nggak bisa dikendalikan. Kita nggak tau kapan, di mana, sama siapa kita akan jatuh cinta. Ya, sepertinya benar begitu. Mungkin dua orang teman gue yang berbeda keyakinan pun begitu.
Seorang teman gue berpacaran dengan ceweknya yang berbeda keyakinan. Pada suatu hari gue dan Anche bertemu dengan mereka di Ciwalk. Si cewek baru keluar dari dalam mushola, menenteng mukena, dan mendatangi cowoknya. gue lagi berdiri sama Anche ketika tanpa sadar kami berdua menatap pasangan tersebut dan menyadari kalau si cowoknya adalah teman kami.
Setelah hey hoy hey hoy yang cukup lama, Anche menyenggol gue.
"Itu pacarnya?"
"Ya. Kenapa?"
"Yang pake jilbab itu?"
"Ya."
Kami tau ada sesuatu yang membingungkan di sini, tapi kami diam saja.
Kita hidup di era teknologi, dimana status pacaran atau tidaknya seseorang kebanyakan dpat diketahui lewat relationship status di facebook. Maka akhirnya gue menjelajahi facebook si teman dan si ceweknya. Mereka pacaran kok, di facebook juga dipampang. Namun sayang sekali, nggak berapa lama setelah gue ngepo, status di facebook mereka berubah. Single.
Mungkin mereka merasa hubungan tersebut terlalu sulit untuk dilanjutkan.
Hingga pada suatu malam minggu entah kapan, gue lagi jalan berdua dengan si teman, melewati dua orang yang lagi berdiri di dekat parkiran motor.
"Ciye Dewi malem mingguan ya?" Suaranya terdengar familiar. Pas gue noleh, si teman, dan si ceweknya (atau mantan ceweknya, versi facebook) tengah berdiri. Gue diem, dadah-dadah, kemudian pergi.
Ya, pada akhirnya gue masih sering lihat mereka berdua. Entahlah mereka jalan sebagai apa. Teman?
Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Dan perbedaan ini terlalu dasar untuk diabaikan. Dan ya... mengabaikan perbedaan ataupun mengabaikan cinta yang tumbuh, dua-duanya sama-sama sulit.
Untuk teman-teman di luar sana yang sedang galau karena perbedaan tersebut, semoga diberi jalan keluar yang terbaik ya :)
Amin :)
0 komentar