Menjadi Diri Sendiri
07.19
"Kamu nyenengin. Saya maunya sama kamu"
Sekitar empat belas tahun yang lalu, buat remaja yang baru banget kenal dunia romansa, kalimat ini begitu membekas.
"Kenapa nggak sama dia aja?" Tanya gue, penuh rasa curiga. Maklum, bertahun-tahun dijejali kalimat-kalimat buruk oleh saudara-saudari kalau kamu tuh gendut, jelek, item, nggak ada yang mau sama kamu, gue jadi percaya kalo gue beneran sejelek itu nggak ada yang mau.
"Nggak ah, dia nggak asik."
"Terus aku asik?"
"Iya." Katanya. "Terus kamu kan baik."
Walau tidak lama kami bersama, karena memang sepertinya waktunya tidak tepat, tapi kalimat itu terus membekas di kepala gue. Gue, yang super insekyur, merasa nggak akan bisa bersaing dengan orang lain karena tidak keren, tidak pintar, tidak cantik, tidak feminim, dan lain sebagainya, tiba-tiba dikejutkan dengan pernyataan yang menghangatkan hati. Gue yang selalu was-was apakah gue akan selalu kurang di mata semua orang karena gue selalu berusaha menjadi diri sendiri sejujur-jujurnya, menjadi... terenyuh.
Tatapan beliau waktu bilang begitu, petang hari sebelum pamitan pulang, setelah menutup pintu geser rumah gue dan membukanya sebentar untuk sekedar melambaikan tangan dan terenyum canggung... mengubah semuanya. Gue masih bisa mengingat detailnya sampai saat ini. Termasuk saat gue akhirnya membalas lambaian itu, tersenyum lebar sekali, dan menatap sampai motor bebeknya hilang ditelan belokan.
Sejak saat itu gue tidak pernah ragu untu menjadi diri sendiri.
"Dan aku suka, karena, you're just being you."
0 komentar