Teman-teman Greta
07.43
Sebagai penggemar film thirller ngeri-ngeri sedap dan pemuja Chloe Moretz, gue sangat bahagia begitu tahu Greta, thirller yang dibintangi Moretz, nampang di bioskop. Nggak pake lama, gue jabanin nonton sendirian, karena sudah jelas, susah banget nyari manusia lain yang mau memahami kepinginan gue buat nonton film-film genre tersebut.
Dari sinopsis yang gue baca, film ini menceritakan tentang Mbak-Mbak polos mengembalikan tas yang tertinggal di kereta, lalu jadi bersahabat sama si empunya tas, seorang Ibu-Ibu yang tinggal sendirian. Sekilas ngga ada yang aneh dari cerita ini, malah jadi kayak cerita drama biasa aja gitu ya. Ditambah tagline di salah satu poster promosi-nya "Everyone needs a friend". Ah, ini mah film biasa aja. Sampai akhirnya gue duduk di kursi empuk bioskop dan menyaksikan keanehan demi keanehan bermunculan.
Ibu-Ibu dengan tas tertinggal tersebut, yang bernama Greta, mungkin seperti ibu-atau nenek-pada umumnya: tinggal sendirian karena anaknya di luar kota, suaminya sudah meninggal, nggak punya teman ngobrol, suka masak dan bikin kerajinan tangan, pokoknya kegiatannya sederhana, kayak Mbah-Mbah pensiunan pada umumnya. Tapi, siapa sangka, di balik itu semua, banyak hal janggal yang bikin merinding.
Greta bener-bener clingy pada Frances, tokoh yang diperankan Chloe Moretz. Dikit-dikit, telepon, Minta ditemenin sarapan. Minta ditemenin jalan. Milih hewan peliharaan aja minta ditemenin. Lama-kelamaan Greta ini posisinya jadi mirip pacar posesif yang nggak membiarkan pasangannya punya kehidupan lain. Sampai akhinya Frances berusaha lepas dari Greta, itu Nini-Nini tahu-tahu nongol di depan restoran tempat Frances kerja, diem di sebrang jalan, nggak pake istirahat, bengong aja merhatiin Frances kerja. Kurang serem apa coba. "Perhatian"-nya pada Frances bener-bener kelewatan. Parahnya, dia ternyata nggak cuma nggandolin Frances doang. Ada banyak perempuan dengan profil seperti Frances: masih muda, rambutnya blonde, terlihat kesepian, yang kemudian mengembalikan tas (yang ternyata sengaja ditinggalin di kereta) dan terjebak pada obsesi mengerikan Greta. Pada akhirnya, sahabat Frances berhasil menyelamatkannya, dan Greta termakan permainannya sendiri.
Cuma, beres nonton Greta, gue beneran trauma. Nggak tahu guenya lebay aja atau gimana, tapi mengerikan asli. Ada ya, orang yang beneran punya kelainan dan terobsesi pada orang lain sampai segitunya. Sebagai overly attached person yang suka punya obsesi pada sesuatu tapi nggak segitunya, gue jadi ngerasa level gue mah ecek-ecek dibandingin Tante Greta.
Tapi yang jelas, setelah nonton Greta, gue belajar satu hal: jangan percaya sama orang asing.
0 komentar