Satu Sama

05.02

Tidak mungkin ada yang tak cocok ngobrol dengannya. Hobinya membaca dan mengamati. Pengetahuannya luas. Ia bisa duduk di warung kopi dan santai berbincang dengan Abang-Abang becak dan karyawan toko kecil yang kebetulan singgah pulang kerja. Kali lain dia duduk dengan profesor bicara soal filsafat dan teologi. Hari berikutnya, bisa saja ia ngobrol dengan serombongan Ibu-Ibu dan remaja putri ber-akun Twitter dengan ava Korea, membahas bagaimana episode terbaru dari The World of The Married begitu menyebalkan. Atau, bisa saja ia tiba-tiba menghilang dari chat, ternyata asik membahas strategi push rank dengan teman game online-nya.

Setelah bertemu orang ini, gue sadar satu hal: untuk mendapatkan lawan bicara yang sepadan, kita yang perlu memposisikan diri. Untuk bisa memposisikan diri, isi otak harus penuh dan beragam. Kepo dan tidak bosan menggali mungkin cara yang tepat.

"Aku merasa kita satu frekuensi." Ia berkata, saat kami ngobrol.

"Oh ya?"

"Ya. Enak ngobrolnya. tek tok."

"Satu sama." 

Lalu bersama kami tersenyum, menyadari yang selama ini dicari kesetimbangannya, sudah hadir.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images