On Repeat

08.14

Katanya, jangan berbagi lagu kesukaan dengan orang yang salah. Kalau suatu hari nanti lo dan orang tersebut punya masalah, lagu kesukaan lo akan jadi berbeda ketika didengarkan. Ia akan tetap indah dan bermakna, tapi mungkin apa yang lo rasakan ketika mendengarnya, tidak akan pernah sama lagi. 

Gue pernah melakukan kesalahan tersebut, ketika, tahun kemarin, gue secara tidak sengaja bertemu dengan seorang lelaki, dengan selera musik bagus, yang kemudian mengenalkan gue pada sebuah band indie. Tipe-tipe lelaki yang ke-kopi-senja-kopi-senja-an dan puitis-puitis romantis gitu. Kami berbagi playlist, dan seketika, gue menemukan banyak kesamaan selera musik yang kami miliki.Dari sana, kamus lagu indie kekinian gue berkembang pesat. Makin lama, gue makin jatuh hati pada beberapa lagu. 

Sekali ia membawa gue nonton konser band indie favoritnya. Kami nonton di venue ramai remaja gaul yang sibuk instastory, berdendang bersama dengan vokalis band-nya. Waktu itu hujan lumayan deras, gue buka payung, lalu kami lanjut nonton sambil sesekali nyanyi di bawah gerimis. Waktu itu gue nggak hapal-hapal amat lagunya. Maklum, baru juga hari senin dikenalkan sama band-nya, selasa diajak nonton, hari minggunya sudah konser. Udah kayak sistem kebut semalem mau ujian aja ngapalin lirik-lirik lagunya. Tapi nggak apa-apa, buat gue waktu itu, yang penting bisa nonton konser sama si dia. Sejak pulang dari konser itu, gue makin suka sama lagu-lagu si band tersebut. Di Spotify, gue puter terus-menerus, untuk menemani gue bekerja. Lagu yang terulang itu, lama-kelamaan nempel di kepala, dan, setiap mendengarnya, gue selalu ingat dengan momen manis saat nonton konser.

Waktu itu, gue bahagia sekali.

Namun, dasar namanya hubungan insan muda, ada naik turunnya. Ketika pada akhirnya kami tidak seperti dulu lagi, gue benar-benar...sedih. Semua lagu manis on repeati di Spotify gue, rasanya seperti duri yang bertebaran di jalan. Tiap gue lewat, durinya nusuk di kaki. Karena on repeat, rasanya kayak gue bolak-balik jalin ngelewatin jebakan duri, sehari bisa lima kali, udah kayak solat aja. 

Setahun kemudian, untungnya, gue sudah bisa menerima kalau... mungkin memang bukan gue orangnya. Bukan dia orangnya.

Syukurlah, kini, lagu favorit yang terus berulang tersebut, hanya menjadi sebuah lagu indah, tanpa ada rasa sakit waktu mendengarnya.

Belajar melepaskan dirinya
Walau setengahku bersamanya
Kuyakin kita kan terbiasa
Walau inti jiwa tak terima

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images