Waw sudah Desember.
Saatnya apaaa?
Tentu saja, recap yang ra uwis uwis.
---
Satu kata yang menggambarkan 2021 adalah... wadidaw.
Mari kita mulai dari 1 Januari 2021.
Pergantian tahun 2020 ke 2021, masih pandemi, jadi ya tentu gue di rumah aja. Seinget gue waktu itu, Ambu mulai merasakan sakit demam-demam lucu entah apa, yang kemudian ternyata terkonfirmasi positif Covid-19. Beliau sampe harus masuk ICU, dirawat di RS selama 10 hari dan bikin geger dunia persilatan di kantor. Selain Ambu, ada Abi dan keluarga Masgan yang kena Covid tahun ini. Sedih banget :((
Pergantian tahun 2020 ke 2021, gue habiskan di rumah, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi yang bikin agak spesial adalah, malam pergantian tahun, gue telponan sama seseorang. Iya, waktu itu, dari akhir tahun 2020, sampai awal tahun 2021, kebetulan, seperti biasa, gue lagi dekat dengan cowok.
Yang sudah bisa ditebak ujungnya, yaitu patah hati sampe remuk kayak ayam presto Bu Suharti.
Menangis dalam mode sinetron India.
Sejak kepatah-hati-an ntahapa itu, gue akhirnya memutuskan untuk mencoba sesuatu yang tidak pernah gue coba seumur hidup, dan cenderung gue hina dina keberadaannya: maen dating apps.
Standing applause untuk diri sendiri.
Yang tentu saja memunculkan berbagai drama aduhai, yang, amboi, bikin sakit kepala. Kenapa sih, drama amat hidup ini. Apa dunia ini nggak demen liat gue santuy sejenak? Nggak habis ini drama.
Huft.
Drama pekerjaan juga mulai muncul ditandai rekan-rekan yang resign satu persatu. Kemampuan gue juga sempat dipertanyakan dan diragukan dalam pekerjaan, dan seperti biasa, ada masa down yang meningatkan gue pada dua tahun yang lalu, di 2019 saat rasanya hidup ini ciong sekali. Tapi kali ini, gue, yang sudah berbekal dihajar massa tahun 2019, tahu langkah apa yang harus gue ambil. Tahu kemampuan gue sebesar apa. Gue sempet daftar S3 juga tahun ini, selain emang pengen, rasanya gue butuh kabur sejenak dari rutinitas. Iya, kaburnya S3. Aneh memang. Tapi, ya, dasar belum rejeki (atau karena niatnya belom lurus ya? wkwkwkwk) jadi belom keterima.
Belum beres bangkit dari masalah-masalah tersebut, ada kabar lain dari dokter yang merawat bokap. Beliau dianjurkan kemoterapi. Maka mulailah perjalanan tiga minggu sekali ke rumah sakit dan masa-masa pemulihan yang lumayan bikin frustasi.
Yang bikin lelah adalah karena gue merasa sendiri, dan terlalu banyak hal yang gue hadapi tanpa tahu harus berbagi pada siapa, minta tolong ke mana.
Lalu gue ngobrol sama beberapa teman (Thanks to Yara, Ana, Danang, Mbak Nisa, Devina, Khonsa) hingga akhirnya gue memutuskan untuk konsul ke psikolog. 3 kali sesi online, dirujuk ke psikolog di Bandung. Gue memang punya ADHD, dan kondisi tersebut memperburuk segala hal yang gue rasakan di tahun ini. Terima kasih pada Mbak Upik dari ibunda.id dan Bu Dinda dari Unisba yang banyak bangettttt membantu pemulihan gue tahun ini. Plus nya lagi, ternyata Bu Dinda tergabung di U-Inspire dan fokus di bantuan psikososial saat disaster relief. Seneng banget kami pernah ketemu di satu forum waktu Devina jadi pembicaranya, dan jadi banyak diskusi panjang terbangun dari situ.
Pelan-pelan gue bisa membalik keadaan, dari terpuruk banget jadi terpuruk aja wkwkwkwk. Di pertengahan tahun lewat dikit, di akhir Juli-awal Agustus, kehidupan gue mulai membaik.
Dan, highlight terciamik tahun ini muncul di tengah Agustus, ketika, pada akhirnya, gue berkesempatan kenal dengan satu lelaki yaaaaaangggg menceklis semua kriteria lelaki idaman Dewi. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang redaksinya: tahun ini gue deket sama seorang rekan dan entah hubungannya mau dibawa ke mana, 2021 ini dengan bangga dan penuh doa gue bisa bilang: tahun ini gue pacaran sama Yogi, dan jika Tuhan mengizinkan, kami mau menjadikan ini hubungan yang terakhir.
Boleh minta aamiin yang paling serius, paling kenceng, paling cetar membahana, netijin yang budiman dan budiwoman?
Semester kedua tahun 2021, banyak sekali perubahan terjadi. Entah gimana caranya gue punya kekuatan buat mengerjakan banyak hal, menyelesaikan banyak hal, dan tentu saja, menjadi the best version of myself. Gue yakin doa orang tua, keluarga, sahabat, dan orang terdekat gue didengar Tuhan, sampai hidup gue alhamdulillah dibantu sebegininya.
Hal menyenangkan lainnya adalah, semester 2 2021 ini, banyak kesempatan jalan-jalan. Pada akhirnya gue menjajaki Sulawesi dan Kalimantan, menyisakan Papua sebagai pulau besar yang belum gue sambangi. Bisa kali ya tahun depan, mungkin sebelum menikah?
Selain itu, banyak ketemu teman-teman baru yang join tim riset. Bertambahlah keriuhan Ambu Empire. Mungkin besok atau lusa bisa ngalahin Sunda Empire. Fufuffuufufufufuf.
Oh ya, dan, dengan sangat randomnya gue dapat grant penelitian tahun ini, kolaborasi dengan University of Southampton dan University of Glasgow. Kayak... wow? Ini pertama kalinya gue dapet research grant atas nama gue terus... gimana? Bingung? Begitulah.
Secara umum 2021 mengingatkan gue tentang doa baik orang sekitar. Tentang kemampuan gue yang selama ini cenderung terabaikan. Tentang kalimat never settle for the less. Tentang kepercayaan pada cinta. Tentang mengetahui batasan, kapan bisa nekat jalan sendiri dan kapan harus minta bantuan.
Tentang menjadi diri sendiri tanpa melupakan kalau, kita ini cuma manusia yang ada kurang lebihnya.
Tentang menemukan yang selama ini dicari.
Semoga 2022 lebih menyenangkan.
Cheers!